ELEKTRO INDONESIA
Edisi ke Dua Belas, Maret 1998
Mikrosatelit untuk Infrastruktur Informasi Nasional
Seperti tersirat dalam Dokumentasi
Kerjasama Infoglob Dunia, teknologi tepat guna yang dapat diterapkan baik
di negara maju, terlebih lagi di negara berkembang, dalam waktu relatif
singkat adalah teknologi nirkabel (wireless).
Bagi negara kita, teknologi nirkabel yang efektif
adalah teknologi satelit, baik satelit GEO seperti Palapa, maupun satelit
non-GEO lainnya. Bahkan, satelit telah merupakan wahana telekomunikasi
yang sangat vital.
Dengan letak yang memanjang sepanjang garis khatulistiwa,
negara kita memiliki keuntungan yang tidak dimiliki negara manapun di seluruh
dunia dalam mengeksploitasi potensi mikrosatelit.
Hal itu terungkap dalam makalah Yusep Rosmansyah
dan Adang Suwandi Achmad pada Seminar Nasional tentang Infonas yang diselenggarakan
Jurusan Elektro ITB, 17-18 Desember 1997. Berikut kutipan makalahnya.
Konsep Infrastruktur Informasi Global (disingkat
Infoglob, Global Information Infrastructure) yang pertama kali dicetuskan
Al Gore pada Konferensi Perkembangan Telekomunikasi Dunia tahun 1994 telah
melahirkan kesadaran para pejabat terkait di berbagai negara di dunia mengenai
mendesaknya perumusan dan implementasi konsep ini di negaranya masing-masing,
atau lebih dikenal sebagai Infrastruktur Informasi Nasional (disingkat
Infonas, National Information Infrastructure). Negara-negara maju seperti
Amerika Serikat (AS), Kanada, Inggris, Perancis, Australia, Jepang dan
Singapura tengah menggarap konsep ini secara sungguh-sungguh dan lebih
dini dari negara lain. Bahkan, negara-negara Uni Eropa telah mengambangkan
konsep Infrastruktur Informasi Regional yang merupakan interkoneksi Infonas-Infonas
negara-negara anggotanya, ditandai dengan program EuroISDN dan Info2000.
Permasalahan Infonas
Infonas berkaitan erat dengan Infoglob, karena yang satu akan menjadi bagian
yang lain. Selain itu, beberapa aspek permasalahan Infoglob akan juga merupakan
persoalan Infonas, antara lain [Romansyah, 97b]: (a) sumber daya manusia
(SDM); (b) perangkat keras, yang terdiri atas prasarana telekomunikasi,
komputer dan mesin informasi lainnya, interkoneksi, dan antarmuka; (c)
perangkat lunak, yakni informasi dalam berbagai bentuk dan untuk berbagai
tujuan, sistem operasi, dan aplikasi; (d) pembakuan; (e) penyandian; dan
(f) perangkat hukum dan peraturan perundangan.
Dalam konteks Infonas, kurangnya SDM menimbulkan lemahnya penguasaan
teknologi dan miskinnya penciptaan isi informasi. Dengan demikian, perkembangan
Infonas dan Infoglob malahan akan memaksanya menjadi konsumen produk negara
lain, baik teknologi maupun informasi. Ini berarti, justru negara-negara
berkembanglah yang nantinya akan mensubsidi negara maju. Kecenderungan
ini sudah terlihat pada Internet, yang dalam sejumlah literatur disebut-sebut
sebagai bentuk awal evolusi Infoglob.
Sistem komunikasi satelit tunggal
Sementara itu, karena setiap negara memiliki kondisi geografis, demografis,
politik, budaya dan tingkat ekonomi yang berlainan, implementasi Infonasnya
juga akan berbeda-beda. Pengalaman di beberapa negara telah membuktikan
bahwa prasarana utama yang diperlukan dalam membangun Infonas yang bertindak
sekaligus sebagai pemacu tingkat kesejahteraan adalah prasarana telekomunikasi.
Kedua permasalahan tersebut memiliki lingkup yang luas dan penanggulangannya
akan melibatkan sumber daya dan sumber dana yang besar. Selain itu, keduanya
bukan hanya merupakan persoalan dalam menyiapkan Infonas, tetapi juga merupakan
masalah utama negara yang sedang membangun. Atas dasar pemikiran ini, kedua
aspek ini dipilih sebagai pokok bahasan dalam tulisan ini.
Pemanfaatan Mikrosatelit
Seperti tersirat dalam Dokumentasi Kerjasama Infoglob Dunia, teknologi
tepat guna yang dapat diterapkan baik di negara maju, terlebih lagi di
negara berkembang, dalam waktu relatif singkat adalah teknologi nirkabel
(wireless). Sebagai gambaran, perluasan jaringan terestrial oleh jarigan
satelit akan meningkatkan kemampuan akses jaringan dengan adanya kemampuan
satelit yang bersifat point-to-multipoint dan mempunyai cakupan luas, sampai
ke daerah terpencil sekalipun. Sebaliknya, teknologi kabel ataupun serat
optik yang lebih menjanjikan dari segi kapasitas, memiliki kendala dalam
penggelaran dan pemeliharaannya, apalagi untuk wilayah yang terpencar-pencar
seperti Indonesia, di samping kemampuannya yang hanya point-to-point dan
tidak mudah direkonfigurasi.
Bagi negara kita, teknologi nirkabel yang efektif adalah teknologi satelit,
baik satelit GEO seperti Palapa, maupun satelit non-GEO lainnya. Bahkan,
satelit telah merupakan wahana telekomunikasi yang sangat vital. Seri satelit
Palapa yang sudah dioperasikan lebih dari dua dekade telah terbukti menjadi
katalisator peningkatan kesejahteraan negara kita. Meskipun demikian, sangat
disayangkan bahwa kemampuan SDM kita dalam menguasai, apalagi mengembangkan
atau meluncurkan secara mandiri, jenis satelit ini masih sangat memprihatinkan.
Krisis Kebanggaan Nasional
Cukup ironis bahwa saat ini kita sangat berbangga dengan mampunya negara
kita membeli satelit-satelit mutakhir. Di tengah keterlenaan kita, negara
tetangga kita Thailand dan Malaysia – bahkan Singapura yang hanya seluas
Jakarta – justru sedang giat-giatnya melaksanakan alih teknologi sekaligus
mengembangkan sendiri satelit pertama mereka. Bebarapa saat lagi kita akan
menyaksikan mereka meluncurkan dan mengoperasikan TMSat, TiungSat, dan
mikrosatelit atau minisatelit lain yang melintas di orbit Merlion, yang
tidak lain adalah lintasan di atas garis khatulistiwa, di atas wilayah
Nusantara kita!
Bagi pihak swasta, jika faktor komersial lebih dipentingkan daripada
faktor alih teknologi atau pembinaan SDM, merupakan suatu hal yang wajar.
Tetapi tentunya tidak bagi pemerintah.
Meskipun negara kita sudah membeli dan memesan hampir selusin satelit,
kita belum bisa berbuat banyak. Bahkan, untuk sekedar mengendalikan satelit
pesanan yang baru diluncurkan, SDM yang mampu menangani masih sangat terbatas.
Jika kita hanya memikirkan masalah komersial saja, misalnya dengan hanya
menjadi pembeli dan pemakai, tanpa dibarengi upaya nyata ke arah penguasaan
teknologi dan pengembangan secara mandiri, seberapa lama hal ini akan berlangsung?
Sementara sampai kapan pun, satelit tetap merupakan kebutuhan vital negara
kita. Akankah kita menjadi negara yang bergantung pada negara lain selama-lamanya?
Tentu tidak.
Memang, teknologi satelit GEO semacam Palapa merupakan teknologi rumit,
dan ditambah rumit lagi dengan disyaratkannya keandalan yang amat sangat
tinggi, karena harus beroperasi tanpa-salah pada kondisi lingkungan antariksa
yang sangat tidak bersahabat. Masalah peluncuran merupakan masalah besar
berikutnya. Tak heran bila harga belinya sangat tinggi – ratusan milyar
rupiah. Dapat dibayangkan biaya riset dan pengembangannya. Melihat kemampuan
infrastruktur teknologi kita saat ini, tak dikata kondisi ekonomi, pengembangan
satelit GEO merupakan program yang kurang bijaksana dan tidak realistis.
Loncatan langsung ini akan terlalu banyak makan sumber daya, biaya dan
waktu.
Apa dan Mengapa Mikrosatelit?
Mikrosatelit (ringkasnya: mikrosat) menawarkan solusi yang akomodatif.
Untuk jenis yang paling sederhana, dengan isi yang hanya setaraf komputer
PC-XT, selain teknologinya lebih sederhana dan dikenal luas, biaya pengembangannya
jauh lebih murah daripada sateilt GEO. Pada umumnya, jenis satelit ini
merupakan batu loncatan sebelum pengembangan sateilt yang lebih besar lainnya,
termasuk satelit GEO.
Mikrosat indraja biasa
Secara ringkas dapat digambarkan bahwa mikrosat merupakan satelit yang
berukuran hanya sebesar sangkar burung, berbobot sekitar 50 kg dan berketinggian
orbit sekitar 1.000 km di atas bumi. Seperti diutarakan di atas, yang paling
sederhana hanya berisi komputer PC-XT dan peralatan komunikasi radio, dan
yang paling canggih dapat berisi belasan komputer, sejumlah kamera dan
sensor penginderaan jauh, penerima GPS, radar, dan peralatan komunikasi
radio mutakhir. Berbeda dengan satelit GEO yang relatif diam di atas permukaan
bumi, mikrosat yang orbitnya LEO (Low Earth Orbit) selalu tampak bergerak
terbit lalu terbenam. Secara ringkas, kemampuan mikrosat sebanding dengan
kompleksitas rancang bangunnya. Penambahan dan peningkatan kemampuan muatan
(payload), misalnya kamera inderaja atau peralatan penelitian antariksa,
akan menambah kemampuan dan manfaat mikrosat tersebut.
Keuntungan Khusus Letak Indonesia
Dengan letak yang memanjang sepanjang garis khatulistiwa, negara kita
memiliki keuntungan yang tidak dimiliki negara manapun di seluruh dunia
dalam mengeksploitasi potensi mikrosatelit. [Romansyah, 97a]. Bermodal
sebuah mikrosat yang sederhana, setiap titik di seluruh wilayah Nusantara
akan dilewati sekitar 14 kali per hari, yang berarti kapasitas komunikasi
yang tersedia dari suatu lokasi sekitar 32 megabytes per hari, setara dengan
4.000 lembar dokumen A4 [Merati dkk., 97]. Dengan sifat khusus mikrosat
yang memancar, kapasitas total penerimaan oleh seluruh terminal bumi secara
bersamaan menjadi sangat besar. Untuk distribusi dan pengumpulan data ke
daerah-daerah terpencil, kapasitas ini sudah akan memadai untuk kebutuhan
dasar Infonas. Dibandingkan penggunaan metode antariksa atau terestrial
lain, pendekatan ini lebih efektif.
Mikrosat tunggal tersebut dapat juga digunakan untuk navigasi dan penentuan
lokasi, seperti halnya Navy Navigational Satellite System TRANSIT milik
AS. Meskipun tidak satelit GPS (Global Positioning System), kita memiliki
sistem navigasi mandiri, yang dengan ketelitian maksimum 20 cm [Seeber,
93], cukup layak untuk banyak keperluan. Bila muatan lain juga diikutkan,
manfaat lain juga akan dimungkinkan, misalnya inderaja.
Layak secara Bisnis dan Strategis
Pengoperasian mikrosat ternyata layak secara bisnis. Adanya konstelasi
puluhan mikrosat komersial milik sejumlah perusahaan swasta AS semacam
Orbcomm atau Starsys merupakan suatu bukti. Lagi-lagi, salah satu perusahaan
swasta kita telah menjadi operator lokalnya.
Apalagi untuk kepentingan strategis, sudah sejak tahun 1993 Portugis
telah mengoperasikan mikrosat berkamera penginderaan-jauh PoSAT-1 yang
berkunjung ke wilayah Nusantara – termasuk Timor Timur – paling tidak empat
kali sehari. Dengan menggunakan terminal jinjing yang hanya sebesar tas
kantor, tidak tertutup kemungkinan para anggota GPK di propinsi termuda
itu selalu berhubungan dengan para aktivitis anti integrasi di seluruh
dunia menggunakan mikrosat ini! Memang, mikrosat telah digunakan oleh sejumlah
negara maju untuk berbagai kepentingan strategis.
Konstelasi Mikrosat
Sisi paling mutakhir teknologi mikrosat akan diwujudkan dengan konstelasi
mikrosat. Pengoperasian sekaligus delapan mikrosat mutakhir, yang masing-masing
memiliki payload canggih dan saling berkomunikasi melalui inter-satellite
link akan diperoleh kemampuan real-time communication dan peningkatan kapasitas,
sampai sekitar 200.000 halaman A4 per hari untuk setiap lokasinya [Merati
dkk., 97][Effendi dkk., 97]. Pada prinsipnya, karena keuntungan letak Indonesia,
konstelasi ini dapat dipandang sebagai bentuk sederhana dari sistem GMPCS
(Global Mobile Communication by Satellite) semacam Iridium. Dengan demikian,
berbagai layanan komunikasi data waktu nyata menjadi dimungkinkan.
SDM
Secara ringkas, dengan mengembangkan mikrosat secara mandiri, akan
tercipta kesempatan dan kesadaran banyak pihak menuju terhasilkannya SDM
yang memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok infrastruktur telekomunikasi
nasional. Pada tahap pertama, ikut serta dalam program alih teknologi seperti
yang ditawarkan SSTL (Surrey Satellite Technology Limited) merupakan pilihan
yang bijaksana. KAIST (Korean Advanced Institute of Science and Technology)
telah membuktikan keberhasilan program ini, sementara ketiga negara tetangga
kita tengah menjalankannya. Selanjutnya, berbekal kemampuan yang diperoleh,
mulai dicoba pengembangan mandiri, yang mungkin dilakukan dengan menggalang
potensi nasional, membeli lisensi, kerjasama dengan negara lain, atau atas
pengawasan SSTL, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan adanya pengembangan
ini, penelitian untuk bidang-bidang penunjang, baik di lembaga penelitian
maupun di perguruan tinggi, dapat dilakukan, sehingga SDM yang terlibat
semakin ahli dan jumlahnya semakin banyak.
Dalam rangka upaya pengembangan SDM, ITB secara khusus telah dan akan
mengirim beberapa stafnya untuk mendalami bidang teknologi satelit ini.
Beberapa penelitian awal telah dilakukan, dan telah menghasilkan beberapa
lulusan dan di antaranya ada yang langsung bekerja di bidang pengendalian
satelit. Untuk memperoleh pengetahuan praktis, saat ini ITB memiliki dan
mengoperasikan stasiun bumi mikrosatelit. Kerjasama dengan sejumlah instansi,
di antaranya LAPAN, terjalin cukup erat selama ini,terutama guna saling
melengkapi kekurangan masing-masing.
Untuk sisi penciptaan informasi, dengan mengembangkan mikrosatelit
inderaja, kita dapat menghasilkan citra yang dapat digunakan untuk keperluan
nasional maupun dijual ke negara lain. Dengan kata lain, negara kita menjadi
produsen informasi. Saat ini, dan entah sampai kapan, kita masih menjadi
konsumen citra satelit, salah satu bukti asimetri aliran informasi negara
maju terhadap negara berkembang.
Dengan mengembangkan dan secara bertahap menguasai teknologi mikrosatelit,
maka masalah-masalah Infonas lain seperti pembakuan, penyandian, dan pengembangan
perangkat hukum dan peraturan perundangan dengan sendirinya akan "terpaksa"
juga dikembangkan. hal ini dapat dijelaskan karena dengan orbit yang rendah,
pada saat-saat tertentu mikrosat akan berada di atas wilayah negara lain,
dan dengan sendirinya ketiga masalah terakhir tersebut menjadi suatu persyaratan.
Penutup
Mikrosatelit dan pengembangannya menawarkan alternatif penyelesaian beberapa
masalah yang ditemui negara kita dalam mengimplementasikan Infonasnya.
Beberapa sumber daya untuk keperluan itu sudah dimiliki. Yang diperlukan
adalah kemauan dan dukungan pemerintah sehingga potensi nasional dapat
dipadukan.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan masukan kepada pemerintah
agar pengembangan teknologi sateilt mendapat perhatian sehingga kita tidak
hanya menjadi konsumen teknologi dan informasi di masa yang akan datang.
q
[Sajian Utama]
[KOMPUTER] [KOMUNIKASI]
[ MULTIMEDIA ] [KENDALI]
[ENERGI] [TUTORIAL]
Please send comments, suggestions, and criticisms about ELEKTRO
INDONESIA.
Click here to send me
email.
[ Halaman Muka]
© 1996-1998 ELEKTRO
Online.
All Rights Reserved.