Listrik Murah atau Udara Bersih
Menuju PLTU Ramah Lingkungan
COGENERATOR :Alat Untuk Mengoptimalkan
Bahan-bakar Pembangkit Konvensional
|
|
|
|
Dalam penguasaan teknologi sistem ketenagalistrikan (pembangkitan,
penyaluran, dan distribusi) diperlukan sumber daya manusia (SDM), baik
tenaga terampil maupun tenaga ahli yang dapat merencanakan/merancang, membangun,
mengoperasikan, memelihara dan melakukan litbang ketenagalistrikan yang
dapat berkembang secara dinamis sesuai dengan tuntutan kualifikasinya.
Untuk memenuhi kebutuhan SDM secara kualitatif dan kuantitatif di bidang
ketenagalistrikan, perlu dikembangkan suatu jasa pendidikan dan pelatihan
yang sesuai dengan jenjang kualifikasinya. Pada saat ini sudah banyak lembaga
formal penyelenggara program pendidikan bidang ketenagalistrikan, yaitu
sekolah kejuruan teknik listrik, jalur program diploma sampai dengan D3,
dan Sl jurusan teknik listrik/mesin. Di sisi lain, program pelatihan
bidang ketenagalistrikan belum begitu banyak tersedia. Jasa pelatihan
yang sudah adapun masih terbatas pada pemenuhan kebutuhan masing-masing
institusi yang bergerak di bidang ketenagalistrikan. Dengan perkataan
lain jasa pelatihan tersebut belum berorientasi kepada jenjang keahlian
yang sesuai dengan kebutuhan pengguna (perusahaan) secara umum dan belum
terakreditasi. Pelatihan ketenagalistrikan diharapkan memenuhi kualifikasi
yang diakui secara nasional maupun secara internasional dengan imaksud
untuk meningkatkan kompentensi SDM dalam rangka memenuhi tuntutan kualifikasi
SDM sesuai dengan klasifikasi pekerjaannya di bidang ketenagalistrikan.
Problematika SDM
Pembangunan instalasi tenaga listrik dari tahun ke tahun semakin komplek
sejalan dengan perkembangan teknologi ketenagalistrikan. Kini, tenaga
listrik tidak hanya harus memenuhi kualitas dan keandalan sistem, tetapi
juga harus berwawasan lingkungan. Tuntutan akan kualitas, keandalan
dan berwawasan lingkungan tersebut mengharuskan teknologi ketenagalistrikan
berkembang dari tahun ke tahun dan sebagai salah satu negara berkembang,
Indonesia masih pada tahap pemakai teknologi ketenagalistrikan tersebut,
walaupun dalam skala kecil sudah memiliki industri peralatan tenaga listrik.
Program pelatihan diperlukan untuk setiap pegawai/petugas baik pada saat
awal memasuki sebuah perusahaan maupun secara berkelanjutan mengikuti tuntutan
pekerjaan. Pelatihan diawal pekerjaan bertujuan meningkatkan kompetensi
yang harus dimiliki tenaga teknik, yang merupakan persyaratan yang ditetapkan
oleh perusahaan. Pelatihan lanjutan dimaksudkan untuk meningkatkan
kompetensinya ke jenjang keahlian yang lebih tinggi dibidangnya atau penyesuaian
apabila ada teknologi baru yang harus ditangani dibidangnya atau membentuk
kemampuan baru jika pindah bidang kerjanya.
Dengan Profil SDM di bidang ketenagalistrikan yang beraneka ragam,
maka masalah yang menonjol saat ini adalah tidaklah mungkin suatu lembaga
pendidikan formal secara spesifik dapat menyediakan SDM untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Lulusan dari lembaga pendidikan formal tidak
mungkin dapat langsung mampu bekerja sesuai dengan jenjang kualifikasi
tenaga teknik. Sebagian besar program-program pelatihan bidang ketenagalistrikan
belum mengacu kepada profil jenjang keahlian kebutuhan pekerjaan yang berlaku
secara umum. Hal ini terutama disebabkan oleh belum adanya ketentuan yang
mengatur kualifikasi tenaga kerja (SDM) selama ini. Lembaga dan program
pelatihan yang ada tersebut belumlah terakomodasi secara formal dan jenjang
keahlian lulusannya pun secara formal belum diakui oleh suatu lembaga berwenang
dalam hal pelatihan bidang ketenagalistrikan. Mutu atau kualitas lulusan
dari berbagai lembaga pendidikan yang setingkat juga masih sangat bervariasi
sehingga pada saat awal memasuki pekerjaan sering dijumpai kesenjangan
yang dapat menghambat tercapainya sasaran yang diinginkan. Hal lain yang
juga sangat penting adalah sudah semakin terbukanya persaingan dalam memenuhi
SDM yang memiliki standar kompetensi yang diakui secara regional maupun
international, terutama menjelang diberlakukannya AFTA tahun 2003 dan kesepakatan
APEC pada tahun 2010 dan 2020.
Di bidang pekerjaan instalatur, masalah menonjol adalah sampai saat
ini belum mempunyai sertifikasi keahlian atau keterampilan yang standar.
Sedangkan masalah menonjol di bidang pembangkit tenaga listrik adalah perlu
adanya sertifikasi kemampuan dan keahlian bagi SDM kontraktor atau sub
kontraktor pada proyek pembangunan pembangkit listrik. Sehubungan
dengan itu, diperlukan program pelatihan melalui lembaga pendidikan non
formal, yang tidak memerlukan waktu lama, untuk dapat menunjang program
pendidikan formal. Program pelatihan tersebut dirancang berorientasi
kepada peningkatan/ pengembangan kompetensi dari lulusan pendidikan formal
agar dapat memasuki lapangan kerja atau melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
tuntutan jenjang keahliannya.
Prospek Bisnis Jasa Pelatihan
Jumlah tenaga kerja dan profil jenjang keahlian dari tenaga (terampil
dan ahli) yang diperlukan di masa mendatang untuk penyediaan tenaga listrik
terus berkembang secara dinamis. Pada dasarnya profil jenjang keahlian
SDM di sisi permintaan (lapangan pekerjaan) terdiri dari operator/tukang,
teknisi, ahli teknik dan enjinir. Masing-masing kualifikasi tenaga teknik
ini juga ditentukan oleh jenis/ klasifikasi pekerjaannya. Secara
umum, berdasarkan kebutuhan di sisi permintaan, jenis/klasifikasi pekerjaan
bidang ketenagalistrian yang memiliki prospek untuk dikembangkan adalah
bidang ·perencanaan dan rekayasa, ·konstruksi yang meliputi
konsultan perencana, konsultan manajeman, konsultan pengawasan, dan kontraktor
pembangunan; dan ·operasi yang meliputi meliputi pengujian, operasi,
dan pemeliharaan. Dari masing-masing jenis/klasifikasi pekerjaan ini dan
tingkat kesulitan tugas untuk pekerjaan kiranya dapat digunakan sebagai
persyaratan kompetensi tenaga teknik yang benar-benar sesuai dengan permintaan
pasar.
Potensi SDM yang dapat dikembangkan diantaranya adalah tenaga instalatur
dan tenaga kerja bidang perencanaan dan rekayasa untuk pemenuhan kebutuhan
pasar global, tenaga kerja pelaksana yang memenuhi standar kemampuan dibidang
pembangunan ketenagalistrikan yang akan dilakukan pihak asing. Pada saat
ini, jumlah lembaga pelatihan di bidang ketenagalistrikan belum banyak.
Lembaga jasa pelatihan yang ada masih merupakan bagian dari suatu perusahaan
misalnya PT PLN (Persero). Selain itu, dengan jumlah program pelatihan
yang terbatas, perguruan tinggi dan beberapa perusahaan swasta juga telah
menyediakan jasa pelatihan bidang ketenagalistrikan. Umumnya program
pelatihan yang dikembangkan didasarkan pada kebutuhan perusahaan atau permintaan
yang dirancang berdasarkan kaidah-kaidah baku suatu program pelatihan,
yakni melalui suatu analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis).
Melihat luasnya ruang lingkup pekerjaan dan kondisi SDM bidang ketenagalistrikan
saat ini, maka potensi pengembangan di bidang ini sangat besar, apalagi
jika dikaitkan dengan pengembangan otonomi daerah sehingga perlu penanganan
yang lebih serius baik program pelatihanya maupun pendanaannya.
Strategi pengembangan potensi ketenagalistrikan diarahkan dalam rangka
perimbangan penggunaan tenaga kerja lokal, menyiapkan SDM yang handal sesuai
kebutuhan pasar, menggabungkan potensi SDM dari berbagai keahlian, dan
mengurangi biaya atau devisa menggunaan tenaga kerja asing.
Ada tiga pendekatan yang dapat ditempuh dalam pengembangan SDM, yaitu
: ·Pengembangan jangka pendek, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
yang sangat mendesak akan tenaga kerja, baik dalam segi kuantitas maupun
kualitas untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah. ·Pengembangan
jangka menengah, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia
yang mampu mengembangkan industri berteknologi canggih, dalam rangka menangkap
pangsa pasar dalam negeri. ·Pengembangan jangka panjang, SDM dipersiapkan
untuk memenuhi standar kompetensi baik regional maupun international, sehingga
mampu bersaing untuk mengisi kebutuhan SDM bidang ketenagalistrikan baik
di dalam negeri maupun luar negeri.
Pengembangan SDM dapat dilakukan secara formal maupun secara non-formal.
Balai-balai latihan kerja, yang merupakan salah satu pendidikan non formal,
yang lebih spesifik dan mengikuti perkembangan teknologi sektor ketenagalistrikan
perlu dikembangkan oleh swasta, sehingga perusahaan dan industri dapat
memanfaatkan tenaga terampil yang siap pakai. Di samping itu pendidikan
formal teknik ketenagalistrikan, diarahkan kepada dan mengikuti perkembangan
teknologi sektor ketenagalistrikan serta memberikan dasar-dasar yang diperlukan
untuk memungkinkan belajar sendiri sehingga mampu untuk secara mandiri
mengembangkan ilmu teknik, dapat bekerja dalam program penelitian, perancangan,
dan rekayasa, konstruksi serta operasi dan pemeliharaan dan mempunyai bekal
yang cukup untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Di samping itu pengendalian mutu dan wawasan wiraswasta perlu dimasukkan
ke dalam kurikulum untuk memberikan kemampuan menciptakan kesempatan kerja.
Tersedianya komunikasi yang canggih seperti sistem komunikasi satelit,
perlu dimanfaatkan untuk meratakan mutu diklat teknik sektor ketenagalistrikan
diseluruh nusantara.
Sasaran bisnis jasa pelatihan diarahkan bagi tenaga teknik dengan latar
belakang pendidikan formal Sekolah Menengah Kejuruan (STM Listrik/Mesin),
Sekolah Menengah Umum (SMU IPA), Program Diploma (D1, D2, dan D3), dan
Program S1 Bidang teknik listrik/mesin.
Tabel 1 adalah klasifikasi tenaga teknik yang menjadi sasaran untuk
dikembangkan oleh bisnis jasa pelatihan. Struktur jenjang program pelatihan
untuk operator, tukang, dan teknisi masing-masing terdiri dari tiga jenjang
program pelatihan secara berkesinambungan. Dan seorang enjinir baru hanya
perlu pelatihan untuk mempelajari ilmu-ilmu spesialisasi yang sesuai, selanjutnya
seorang enjinir muda memerlukan pelatihan pelatihan pengembangan diri di
dalam bidang kerja dengan mendalami ilmu-ilmu yang ada dalam pekerjaannya.
Khusus di sektor ketenagalistrikan kesempatan kerja terdapat di usaha
penyediaan tenaga listrik, usaha penyediaan peralatan listrik, usaha rekayasa
dan rancang bangun, usaha konsruksi dan instalasi, industri peralatan listrik,
usaha dan fasilitas yang memakai tenaga listrik (usaha komersial, industri
dan fasilitas umum), lembaga riset dan pengujian, lembaga pendidikan serta
lembaga pemerintahan. Kesempatan kerja berperan ganda untuk meningkatkan
pendapatan nasional dan pemberi nafkah serta sebagai wahana penguasaan
teknologi. Lembaga penyelenggara diklat berperan dalam ikut memberikan
kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang terus meningkat dengan cepat
paska krisis moneter, antara lain TKI lebih mampu mengusai secara teori
dan praktek teknis ketenagalistrikan, meningkatakan potensi dan kinerja
TKI di tempat kerja masing-masing. Beberapa program diklat diprioritaskan
untuk penanggulangan PHK dan pemenuhan kebutukan akan permintaan tukang
listrik dari negara tetangga Asean, antara lain adalah sebagai berikut:
·Teknisi sambungan listrik tegangan rendah, ·Teknisi
sambungan listrik tegangan menengah, ·Teknisi pemeliharaan listrik
PLTD>1 MW (dasar), ·Teknisi pemeliharaan mesin PLTD>1 MW (dasar),
·Teknisi pekerjaan dalam keadaan betegangan tegangan rendah (PDKB-TR),
·Supervisor pekerjaan dalam keadaan betegangan tegangan menengah
(PDKB-TM), ·Teknisi instalasi penerangan dan tenaga, ·Teknisi
operasi dan perawatan mesin untuk pembangkit tenaga listrik, ·Ahli
rancang bangun peralatan berenergi terbarukan, ·Ahli teknik steam
turbine balance of plant (BOP) improvement for feed condenser, ·Ahli
teknik steam turbine balance of plant (BOP) improvement for feed water
heater, ·Ahli teknik steam turbine balance of plant (BOP) improvement
for feed deaerator, ·Ahli teknik steam turbine balance of plant
(BOP) improvement for feed close cooling water heating, ·Ahli teknik
steam turbine balance of plant (BOP) improvement for gland steam condenser,
·Ahli teknik heat recovery steam generator, ·Ahli teknik
piping dan equipments design and layouting, ·Ahli teknik steam turbine
balance of plant (BOP) manufacturing engineer.
Nanan Tribuana adalah staf Ditjen LPE, Jakarta |