FM broadcasting pertama kali diperkenalkan di USA,
pada tahun 1940 oleh Federal Communication Commission. Sebagian besar
FM antenna adalah tidak simetris tapi tidak menutup kemungkinan terhadap
yang simetris. Untuk yang simetris banyak terdapat di daerah Barat. FM
antenna untuk broadcasting menggunakan Horizontal Polarization, Vertical
Polarization, Circular Polarization ataupun Cross Polarization.
KARAKTERISTIK ANTENA
-Penguatan Antena
Penguatan antena dapat ditingkatkan dengan menambah elemen radiasi
tambahan pada antena. Penguatan yang tinggi akan mengkonsentrasikan energi.
Directional Antenna dapat ditinggikan penguatannya melebihi penguatan non
directional antenna dengan cara membatasi energi radiasi dari beberapa
macam directional. Directional antenna dipakai jika jarak tower ( pemancar
) dekat dengan sumber air dan juga pada daerah deretan pegunungan
atau juga tempat di mana energi radiasi dapat dibuang.
Penguatan antenna dinyatakan dalam power radio atau dalam dB.
Contohnya, sebuah antenna memiliki penguatan power 2 sama dengan juga mempunyai
penguatan 3 dB. A two-bay antenna memiliki penguatan power mendekati 2.
penguatan power digunakan pada transmitter dan rugi – rugi pada saat transmisi
disebut ERP ( Effective Radiated Power ). Seperti contoh 10 kW pada trasmitter
dan power antenna = 5. Untuk menyatakan rugi – rugi dipakai
ERP yang nilainya 10 kW X 5 = 50 kW ERP.
Tabel 1 melukiskan perbandingan dari kuat daya pemancar dan gain
dari antenna untuk penguat kelas A
Tabel 1. Perbandingan antara level daya pemancar dengan gain antenna
pada penguat kelas A
-Effective Radiated Power (ERP)
Effective Radiated Power adalah input power pada antena (output
power pada transmitter) pada penguatannya. Dimana antenna jenis polarisasi
melingkar digunakan dan diaplikasikan terpisah antara radiasi Horizontal-pool
dan Vertical-pool. Namun sering digunakan pada radiasi Hozizontal-Pool
saja.
Tabel 2. Perbandingan level daya peancar dengan gain antenna untuk
penguat kelas B dan C
-Memeriksa Sistem VSWR
Setiap waktu VSWR dari sistem antenna harus sering diperiksa
dan diadjust ulang. Bila exciter memiliki tombol pada range frekuensi 10
kHz dan 50 kHz, maka dapat digunakan untuk mengecek VSWR pada frekuensi
yang berbeda pada saat transmitter dioperasikan pada power rendah. Sebagai
indikator dapat digunakan reflector. Alternatif lainya dengan peralatan
yang memiliki pembangkit sinyal, tes impedance dan mampu melakukan analisa
jaringan.
VSWR harus diukur untuk memastikan respon pantulan yang terjadi
stabil pada 130 kHz untuk setiap frekuensi pembawanya. Pada jaringan
transmisi yang panjangnya lebih besar dari 100m disarankan agar bandwith
VSWR dibawah 1.08 : 1 pada range frekuensi 130 kHz. Namun penambahan panjang
jalur transmisi ini akan menambah delay sehingga amplitudo dari pantulannya
harus dikurangi untuk hasil yang lebih baik.
-Pentingnya VSWR rendah
VSWR yang terukur dengan menggunakan reflectometer pada transmitter
tidak akan mempengaruhi jangkauan sinyal. Namun jika perbandingan
VSWR 1.1 : 1 akan mengurangi efisiensi penguatan akhir. Kekurangan lainnya
akibat VSWR ini adalah akan menyebabkan terjadinya modulasi sinyal dengan
AM noise. Kualitas suara yang stereo juga tidak akan terdengar.
-Intermodulasi dan Distorsi SAM
Distorsi dari Intermodulasi dan Synchronous AM (SAM) noise akan
terjadi akibat VSWR pada sistem antenna. SAM merupakan faktor penting pada
transmitter FM pada frekuensi subpembawanya. SAM adalah modulasi AM
akibat sinyal dari VSWR ini sehingga akan mempengaruhi kualitas suara khususnya
suara stereo.
Polarisasi Antenna
Polarisasi Antenna dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Horizontal dan Vertikal Polarisasi
Gelombang radio yang terdiri dari medan listrik dan magnet yang
saling tegak lurus. Saat komponen listrik horizontal maka gelombang dikatakan
terpolarisasi horizontal, maka gelombang akan teradiasi pada kutub-kutub
horizontal. Sebagai acuan dapat dilihat pada permukaan bumi. Jika medan
listrik yang terjadi vertikal maka kutub-kutub vertikal akan mempolarisasi
gelombang secara vertkal pula.
2. Polarisasi Melingkar (Circular Polarization)
Pada saat dua gelombang yang sama diantaranya
saling mendahului 90 derajat maka medan listrik tersebut akan berputar
dengan kecepatan sebesar frekuensi pembawanya dan akan terpolarisasi melingkar.
Hanya pada kasus khusus di mana komponen horizontal dan vertikal sama –
sama kuat dengan beda fasa 90 derajat maka disebut radiasi circular Polarization.
PENYESUAIAN TRANSMITTER POWER DENGAN ANTENNA
Beberapa kombinasi penguatan antenna dengan transmitter power
akan menyebabkan terjadinya ERP tetapi kombinasi yang bagaimanakah yang
terbaik ?. Komposisinya tergantung kondisi alam dari jangkauan penyiaran
apakah datar ataukah memiliki beberapa bukit atau pegunungan, serta ketinggian
dari tower.
Kombinasi antara penguatan antenna dengan power transmitter
tegantung pada :
1. Transmitter
2. Antenna
3. Sistem pengumpanan
4. Tabung Pemancar
5. Tower
6. Pemakaian energi listrik
Dari faktor – faktor di atas dapat terlihat bahwa power transmisi rendah
lebih ekonomis jika dibandingkan power trasnsmisi tinggi namun apakah ada
perbedaan pada kekuatan sinyalnya ?
ERP yang sama dapat terjadi pada kombinasi penguatan transmitter
dengan input power pada antenna yang berbeda – beda. Perbedaan kombinasi
ini hanya tergantung pada ketinggian dari tower. Kekuatan sinyal
pada lokasi yang berbeda bergantung pada ERP dari ketinggian antenna lokasi
tersebut. Sebagai contoh tidak ada perbedaan antara antenna 3 kW
ERP kelas A yang menggunakan 7,5 kW power transmitter dengan sebuah one-bay
CP (Circular Polarisation)antenna atau six-bay CP antenna dengan power
transmitter 1 kW.
Idealnya suatu sistem antenna harus diletakkan pada level sinyal
yang sama dari dasar tower tersebar pada jangkauan horizontalnya.
|