Nomor 25, Tahun V, April 1999
|
|||||||||||||||||||||||||
KOMUNIKASI
|
Memperluas Jangkauan WLL DECT |
||||||||||||||||||||||||
Home
Halaman Muka Sajian Utama Komputer Energi Elektronika |
UmumJarlokar DECT sebenarnya adalah suatu sistem WLL berbasis teknologi cordless digital. Adapun karakteristik dari teknologi tersebut adalah jangkauannya yang kecil (untuk aplikasi mikro sel). Kenyataan tersebut juga didukung dengan spesifikasi yang terdapat pada DECT yang distandarkan oleh ETSI yang menjelaskan bahwa transmit power di sisi base station adalah sebesar 250 mW. Sebagai akibatnya radius yang dapat dicapainya hanya sekitar 5 km. Dan sepertinya kalau dari ETSI belum ada perubahan, maka pihak vendorpun tidak akan merubah spesifikasi sebelumnya sehinggan jangkauan tidak akan bertambah jika hanya menggunakan interface DECT saja.Semakin lama perkembangan demand di suatu daerah pada umumnya akan semakin besar. Diakibatkan penyebaran yang tidak merata dan bersifat acak maka diperlukan perluasan coverage untuk melayani seluruh calon pengguna. Perluasan di sini berarti memperpanjang jarak jangkau dan bisa berarti menangani daerah blankspot yang sebenarnya secara teori (kondisi LOS) dapat dijangkau oleh suatu base station . Daerah blankspot dimaksud biasanya disebabkan terhalang oleh gedung atau pohon atau disebabkan oleh kountur tanah yang tidak bersahabat. Teknik yang akan digunakan adalah dengan memasang WRS dan memadukan point to multi point pada sisi approach link dengan DECT itu sendir serta dengan teknik penempatan antena pada sektor tertentu. Ketiga skenario di atas akan dibahas seperti penjelasan di bawah ini.
Prinsip Kerja WRS Sebuah WRS terdiri dari elemen kearah sistem yaitu Fixed radio Termination (FT) dan elemen kearah pelanggan Portable radio Termination (PT), yang berfungsi meneruskan informasi antara RFP ke PP dan sebaliknya. Dengan kata lain seakan akan WRS berfungsi membuat pantulan sempurna atau memancarkan ulang secara transparan apa yang dipancarkan oleh RFP kepada PP dan juga apa yang diterima dari PP ke RFP. Namun demikian apabila dibandingkan antara RFP, maka pada WRS terjadi penurunan kapasitas akibat proses frame multiplexing, kapasitas ini akan menurun lagi apabila digunakan secara kaskade atau serial. Dalam penambahan perangkat sistem WRS, identitas sistem WRS harus disesuaikan (registrasinya, seperti access rights and authentication/encryption keys)terhadap RFP yang terhubung sebagai induknya. Dengan demikian penambahan unit pada infrastruktur DECT eksisting tanpa sepengetahuan operator atau diluar kontrol sistem tidak mungkin dapat dilakukan. Berdasarkan Standar ETSI, ada dua macam konsep WRS yaitu Cordless Radio Fixed Part (CRFP) dan Repeater Part (REP) yang masing-masing akan dibahas dalam tulisan ini berdasarkan frame multiplexing. Konsep dasar WRS berdasarkan CRFP (Cordless Radio Fixed Part) Gambar 2. Typical frame multiplexing CRFP Proses multiplexing dilakukan pada CRFP. Pada tiap dual frame (Time Slot 1 sampai 12) struktur multiplexing CRFP dapat Transmit dan Receive pada setiap Slot yang tersedia. Untuk memudahkan pengertian ini maka coba dibandingkan dengan RFP dan PP yang tetap mengikuti kaidah TDD yang Transmit atau Receive sesuai alokasi 12 TS yang telah ditetapkan. Kanal duplek kearah PT ataupun FT diproses dengan kombinasi Slot Tx dan Rx pada CRFP dan terpisah sebesar setengah frame. Slot yang tersedia pada CRFP akan ditandai (booking) sebagai Rx atau Tx. Penandaan sebagai Tx hanya apabila akan digunakan untuk Transmisi. Selama setengah frame pertama (Slot 1-12) semua Slot Rx dalam proses menerima transmisi dari FT dan semua slot Tx transmit ke PT. Sebaliknya pada setengah frame ke dua semua Slot Rx menerima transmisi dari PT dan semua Slot Tx transmit kepada FT. Pada kondisi idle, CRFP dalam keadaan memonitor frame FT, mentransmisikan dummy bearer ke PT dan melaksanakan scanning pada seluruh slot yang lain. CRFC mempunyai satu Slot Tx aktif dan satu Slot Rx pada frekuensi tetap serta 22 Slot Rx untuk melakukan scanning berdasarkan prosedur yang ada pada PT maupun RFP. Konsep Dasar WRS Berdasarkan REP (REpeater Part) Gambar 3. Typical Frame Multiplexing REP Konsep yang digunakan untuk REP adalah dengan modifikasi Prosedur dan Message pada layer MAC (Medium Access Control) antara FT dan RFP, sedangkan pada sisi PT ke PP tidak dilakukan modifikasi apapun. Dari hasil modifikasi tersebut terlihat bahwa FT setelah menerima transmisi dari RFP dan meneruskannya ke PP, maka kemudian dalam kurun setengah frame pertama itu juga menerima permintaan alokasi (garis putus-putus) urutan Time Slot (11) yang sama pada setegah frame yang kedua (TS11)pada RFP. Dengan demikian proses pancar ulang informasi selesai dalam interval setengah frame. WRS untuk tipe CRFP maupun REP dapat digunakan secara kascade atau serial untuk mencatu trafik yang rendah. Dilihat dari penggunaan Time Slot untuk proses multiplexing pada CRFP, semakin banyak jumlah WRS yang digunakan dalam susunan serial maka akan semakin kecil kapasitas kanal yang tersedia. Penggunaan WRS Secara Umum Untuk kondisi densitas trafik tinggi, pemakaian WRS tidak efisien karena
menggunakan RFP secara umum akan lebih efisien. Pada tabel 1 menunjukkan
bahwa berapa banyak kebutuhan WRS dibanding satu RFP untuk mendukung trafik
yang sama dengan bloking 0,5 %
Tabel 1. Jumlah kebutuhan WRS dibandingkan RFP pada kapasitas trafik yang sama WRS menggunakan lebih banyak kanal (spektrum) pada tiap satu hubungan
dibandingkan dengan RFP (satu hubungan menggunakan satu TS) walaupun penggunaan
WRS ini kebanyakan secara terisolasi. Dengan demikian untuk kasus densitas
rendah, jumlah kanal yang dibutuhkan tiap hubungan adalah seperti tabel
2 berikut ini :
Tabel 2. Jumlah kanal yang dibutuhkan untuk satu hubungan melalui rangkaian WRS Kualitas Layanan Menggunakan WRS BER khususnya pada hubungan melalui satu WRS, besarnya akan menjadi kelipatan jumlah TS yang digunakan apabila dibandingkan dengan RFP langsung ke PP, sebanding dengan kebutuhan kanal seperti pada tabel 2. Faktor kelipatan 2 hingga 5 tidak begitu kritis untuk aplikasi pada trafik rendah karena seleksi kanal tidak dibatasi oleh interferensi (tempat terisolasi) melainkan levelnya. Isu kualitas yang lain adalah adanya penambahan delay. Penambahan delay satu arah rata-rata untuk B-field (user data) adalah 5 ms tiap cascade CRFP dan maksimum 2,5 ms untuk setiap cascade menggunakan REP. Penambahan delay pada data services secara praktis tidak mempengaruhi proses karena masing masing CRFP mempunyai buffer data dan sampai pada MAC (Medium Access Control) Layer secara terpisah pada masing-masing bagian link, sedangkan pada REP hanya mempunyai end to end MAC. Kualitas suara secara umum tidak ada pengaruh yang mendasar dan tidak memerlukan penambahan DECT echo control untuk penggunaan hingga 2 atau 3 CRFP cascade tergantung dari karakteristik jaringan. Beberapa Contoh Skenario Implementasi WRS
Kabel harus menyeberang jalan, sungai atau untuk terowongan bawah tanah. Penyediaan kabel (4 kawat atau kelipatannya) tersendiri untuk menarik suatu RFP disamping sulit dalam realisasinya juga tidak ekonomis.
Gambar 4. Aplikasi WRS kasus isolasi propagasi B. Gabungan Point to Multi point dengan DECT Jika pada metode WRS yang diperluas adalah sisi air interface pada DECT, maka pada penambahan sistem PMP yang ditambah adalah interface antara controller dan BTS. Tidak semua teknologi DECT dari tiap vendor menawarkan metode ini. Sebagai contoh dari Siemens dan Ericsson hanya menawarkan pure DECT. Pada tulisan ini akan mengambil contoh dari vendor Alcatel, hal ini menjadi pertimbangan penulis adalah karena banyaknya DECT Alcatel yang telah diinstal di Indonesia. Sistem yang ditawarkan adalah Alcatel A9800, mempunyai kapasitas per sistem 512 pelanggan. Sebelum digambarkan gabungan antara PMP dengan DECT, maka ada baiknya kalau digambarkan konfigurasi DECT murni. Secara jelas dapat dilihat seperti gambar berikut ini : Untuk melihat perbandingannya secara jelas dengan konfigurasi kombinasi PMP-TDMA dan DECT, maka dapat dilihat seperti gambar di bawah ini : Konfigurasi ini merupakan gabungan antara teknologi PMP-TDMA dan DECT. Akses terminal pelanggan dapat secara wireless (DECT) atau langsung dengan kabel ke terminal PMP-TDMA. Adapun fungsi dari masing-masing sub sistem adalah sebagai berikut :
Jika pada suatu lokasi base station terdapat demand yang sebenarnya cukup dekat tetapi tidak bisa dijangkau oleh base station itu, maka dapat diatasi dengan menempat DAN Local Node (DLN). Teknik ini telah digunakan oleh DECT dari vendor Ericsson (DRA 1900). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar berikut ini : Gambar 7. Penempatan antena di luar DAN Keterangan : LE : Local Exchange
Manfaat yang dapat diambil adalah mengurangi biaya untuk menambah base sattion baru di samping biaya investasi yang lain misalkan membangun tower untuk tempat DAN. Dari ketiga teknik di atas tentunya berbeda dalam penerapannya bisa tergantung dari lingkungan (envirinment) dan demand forecastnya. Tentunya perlu kajian tersendiri terhadap hal ini. Kesimpulan
Artikel lain: Jaringan Akses Fiber
|
||||||||||||||||||||||||