Pada bagian lain ia menyebutkan, PT TELKOM mengantisipasi pengembangan konsep Nusantara-21 dengan menggelar jasa multimedia dan komunikasi bergerak termasuk GMPCS. Berikut kutipan sebagian makalahnya.
Pada intinya, globalisasi ditandai dengan persaingan bebas dan persaingan
global yang selanjutnya memunculkan era informasi dan era perdagangan bebas.
Secara singkat ciri khas globalisai ditandai dengan :
Lapisan regulasi. Muncul beberapa aturan perdagangan dunia baru
yang mau tidak mau akan memberikan dampak langsung ke Indonesia baik positip
maupun negatif.
Lapisan teknologi. Muncul teknologi baru berbasis Internet dan
komuniaksi akses satelit global atau Global Mobile Personal Communication
by Satellite atau GMPCS yang menyebabkan komunikasi antar negara menjadi
semakin transparan dan murah.
Lapisan bisnis. Telah pula terjadi pergeseran dari sektorisasi
bisnis vertikal, berorientasi kepada pembagian kelompok produk menuju ke
sektorisasi bisnis horisontal yang lebih berorientasi kepada fungsi bisnis.
Perubahan-perubahan global yang mendasar ini menimbulkan alam kompetisi yang pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan performasi, kualitas dan penguasaan pasar yang bermuara kepada peningkatan keuntungan dan pertumbuhan perusahaan atau negara. Untuk itulah, Indonesia dan khususnya PT TELKOM telah melakukan langkah-langkah antisipatip aktif, malalui jalur regulasi, bisnis dan teknologi.
Klimaks evolusi dan konvergensi teknologi telekomunikasi dan informasi tersebut adalah teknologi Internet, yang mempunyai cakupan sangat luas dengan kemampuan modular sehingga dapat mengantisipasi perkembangan zaman.
Perubahan mendasar pada sektor jasa telekomunikasi juga terjadi dengan pergeseran paradigma lama ke paradigma baru, di mana mobilitas dan komunikasi pita lebar serta interaktifitas pengguna menjadi suatu tuntutan masa kini dan yang akan datang seperti:
1. Sektorisasi bisnis vertikal pada dasarnya merupakan pembatasan bisnis terhadap jenis produknya, di mana suatu badan usaha diberikan lisensi untuk mengadakan, mendistribusikan dan menjual satu atau dua produk saja. Namun dengan adanya perkembangan dan konvergensi teknologi yang pesat, sektorisasi bisnis vertikal mempunyai banyak kerugian, di antaranya :
Saat ini teknologi internet sudah bukan lagi dianggap sebagai pelayanan jasa nilai tambah atau jasa suplemen PSTN, tetapi sudah dapat dianggap sebagai salah satu jasa utama yang mempunyai potensi sederajat dengan jasa PSTN.
Berkat perkembangan teknologi hardware dan software, serta ditunjang oleh manajemen jaringan yang semakin baik, maka internet, untuk beberapa hal, mempunyai kemampuan yang secara komparatif lebih baik dibandingakn dengan PSTN, khususnya dari segi tarif dan efisiensi pemanfaatan jaringan akses.
Pemanfaatan internet secara besar-besaran harus diantisipasi oleh para operator telepon, menginat internet ini dapat menjadi ancaman atau peluang bisnis baru terhadap jasa PSTN yang ada. Sebagai ancaman, maka berikut ini adalah data yang dikumpulkan oleh Philip Tarifica tahun 1997, yang meramalkan bahwa jasa internet akan mengancam jasa PSTN, khusunya pada jasa komunikasi internasional dan jarak jauh.
Sebagai contoh: AT&T akan mengalami kerugian atas peningkatan trafik telepon internet di tahun 1997 sebesar 5 juta US Dolar dan di tahun 2001 sebesar 230 juta US Dolar, atau meningkat sebesar 4500 %. Hal serupa juga dialami atas peningkatan trafik jasa internet e-mail dan internet fax dan diperkirakan di tahun 2005, trafik non data hanya akan berkisar sekitar 10 hingga 20 %.
Akibat dari perubahan teknologi dan bisnis serta perkembangan internet tersebut maka bisnis telekomuniaksi ke depan, jika dilihat dari sisi regulasi nampaknya akan secara bertahap menghilangkan komponen tarif yang hanya didasarkan pada jarak, melainkan tarif ditetapkan berdasar kepada cost leadership dan sesuai dengan jenis jasa yang digunakan atau dipilih.
Jasa-jasa telekomunikasi PSTN yang sebelumnya diatur secara hirarki menjadi jasa telepon lokal, jarak jauh dan Internasional, di mana pentarifannya hanya didasarkan kepada jarak; di masa yang akan datang hal ini akan segera bergeser kepada penyatuan ketiga hirarki tersebut,
menjadi dasar PSTN (telepon lokal, jarak jauh dan internasional). Adapun tarif akan diatur berdasarkan jenis jasa serta pengelolaannya dapat dilaksanakan oleh satu operator saja.
Sedangkan incremental revenue atau incremental tarif yang akan diterapkan adalah terhadap pengembangan dari jasa dasar tersebut, baik jasa komunikasai bergerak ataupun jasa komunikasi pita lebar. Sehingga keunggulan suatu operator di dalam memberikan layanan kepda para pelanggannya ditentukan oleh kemampuannya memberikan jasa komunikasi bergerak dan jasa komunikasi pita lebar dengan tarif yang bersaing.
Strategi operator telekomuniaksi yang ditempuh adalah dengan melakukan dua langkah strategis, pertama, dengan melakukan diversifiaksi jasa, di antaranya dengan melakukan aliansi strategis, menggelar jasa broadband dan internet. Adapun langkah strategi ke dua adalah dengan melakukan konsolidasi ke dalam dengan meningkatkan performansi operasional dan pelayanan.
Secara historis, operator-operator lama lebih memfokuskan kepada konsolidasasi ke dalam terlebih dulu baru kemudian melakukan langkah diversifikasi jasa. Pendapatan operasional yang didapatkan dari konsolidasi ke dalam tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai modal investasi diversifikasi jasa baru.
Sedang operator baru, cenderung memilih langkah diversifikasi karena masih sedikitnya infrastruktur yang dibangun, sekaligus sebagai satu cara untuk bersaing dengan perator lama.
Sementara PT TELKOM selaku operator domestik terbesar, telah mengantisipasi hal tersebut dengan rencana penggelaran jasa Multimedia dan bergerak termasuk GMPCS sebagai landasan bisnis PT TELOKM di masa depan. Hal ini diakibatkan oleh adanya peningkatan traffik dan penggunaan jasa komunikasi data yang disebabkan oleh tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatnya jumlah operator internet dalam negeri dan penggunaan internet di masa datang.
Mengantisipasi peggelaran jasa komunikasi bergerak dan multimedia, PT TELKOM telah melakukan kegiatan konsolidasi ke dalam, diantaranya adalah restrukturisasi, KSO dengan mitra swasta dan IPO (Initial Public Offering). Sementara itu untuk meningkatkan performansi operasional dan pelayanan, PT TELKOM telah menerapkan program T-2001. Dengan melihat ke beberapa tolok ukur yang telah ditetapkan, diproyeksikan PT TELKOM siap menjadi operator kelas dunia pada awal memasuki tahun 2000.
Bermodalkan hasil konsolidasi tersebut, PT TELKOM siap untuk melakukan diversifikasi jasa baru dengan mencanangkan untuk memasuki era kurva ke dua siklus bisnis perusahaan, yaitu bisnis komunikasi multimedia dan bisnis komunikasi bergerak.
Langkah berikutnya adalah strategi penerapan teknologi. Hal ini dilakukan sebagai persiapan memasuki era kurva ke dua dan dibagi menjadi empat strategi pengembangan teknologi , yaitu : Jaringan Privat, Infrastruktur, Jasa dan Komunikasai bergerak.
Jaringan privat, dengan meluncurkan jasa Metropolitan Area Network / Switch Multi-megabit Data Services (MAN-SMDS).
Infrastruktur, PT TELKOM mengembangkan jaringan transmisi berbasis digital, sebagai contoh adalah jaringan SDH, jaringan transmisi gelombang mikro digital, jaringan kabel laut dan program satelit TELKOM-1. Pada saat ini, sedang dilakukan uji kaji dan uji coba laboratorium terhadap teknolog ATM sebagai basis infrastruktur telekomunikasi dimasa depan. Sehingga pada akhir PELITA VI seluruh jaringan backbone Nusantara-21 telah siap beroperasi.
Bidang jasa, PT TELKOM telah melakukan pengembangan pelayanan, dari jasa PSTN menuju hingga jasa Narrowband ISDN dan Intelligent Networks.
Jasa komuniaksi bergerak dikembangkan melalui partisipasi di PT TELKOMSEL dan rencananya juga di Joint Venture PCS/PCN Personal handyphone System (PHS) di Jakarta, sementara itu pengkajian atas teknologi bergerak generasi ke tiga terus dikembangkan dengan fokus kepada tingkat mobilitas yang tinggi dan pemberian jasa komunikasi pita lebar.
Dalam memasuki era multimedia ke depan maka semua daya upaya yang dikerahkan akan diwujudkan dalam penggelaran Broadband ISDN atau Multimedia termasuk di dalamnya jasa-jasa internet. Dalam hal ini PT TELKOM juga telah menggelar TELKOMNET sebagai gateway internet dalam negeri yang digunakan oleh operator internet dalam negeri.
Awal tahun 2000, PT TELKOM akan memulai pengembangan jaringan telekomuniaksi berbasis ATM, di mana jasa yang dapat dilayani adalah jasa komunikasi pita lebar.
Sesuai dengan prakiraan sebelumnya bahwa komunikasi data akan mendominasi jaringan telekomunkasi di masa depan, maka dengan berbasis ATM, hal ini tidak akan menjadi masalah pada jaringan PT TELKOM. Di samping itu pengembangan ATM sangat sejalan dengan visi dan misi Nusantara-21, karena hal ini akan lebih mendorong munculnya cyber society dan cyber industry.
Pada sisi akses, penggunaan pita lebar akan menjadi trend masa depan, untuk itu PT TELKOM telah mengantisipasi dengan rencana pengembangan jaringan serat optik, di mana pada tahun 2000 secara konservatif akan tersedia sekitar 400.000 core km serat optik baik di kota besar, sedang dan kecil. Pada tahun 2005 diharapkan 100% di seluruh kota besar (kapasitas SST lebih besar dari 100.000 SST) akan terpenuhi oleh jaringan serat optik.
Penggelaran ATM dan serat optik ini juga memunculkan paradigma baru bahwa pembangunan jaringan infrastruktur telekomunikasi dan informasi nasional ke depan haruslah berorientasi kepada pita lebar,
hal ini yang akan segera dijawab oleh PT TELKOM guna mengantisipasi lonjakan kebutuhan lebar pita telekomunikasi di PELITA VII. Dilihat dari kebutuhan pelanggan, maka trend ke depan, jasa broadband seperti internet, video on demand, tele-education dan tele-shopping akan mengalami peningkatan sementara jasa PSTN akan mulai menurun.
Seiring dengan rencana memasuki era kurva ke dua, maka PT TELKOM, dalam rangka memfokuskan pembangunan infrastruktur menganut pola pembangunan empat kuadran, yang detailnya adalah sebagai berikut: