ELEKTRO INDONESIA
Edisi ke Empat Belas, Agustus 1998
TUTORIAL
Metode
Ziegler-Nichols pada Sistem Kontrol Servo Posisi Berbasis Komputer IBM-PC
Metode penentuan parameter
pengontrol PID – Ziegler Nichols – memiliki kelebihan dibandingkan dengan
metode klasik. Salah satu kelebihan tersebut adalah: tidak ditekankannya
penurunan model matematik komponen yang akan diatur (plant). Perhitungan
parameter-parameter pengontrol proporsional, integral dan diferensial PID
hanya dilakukan untuk menentukan ultimate
gain Ku dan ultimate period Tu dari respon
step sebuah plant (lihat artikel ‘Pengenalan Metode
Ziegler-Nichols Pada Perancangan Kontroler PID’ di ELEKTRO
Edisi 12 ).
Tulisan ini menguraikan hasil eskperimen penggunaan metode Ziegler-Nichols
pada Perancangan pengontrol sistem kontrol servo posisi berbasis Komputer
IBM-PC. Perangkat keras yang digunakan selama eksperimen akan dijelaskan
pada bagian pertama tulisan ini. Pencarian ultimate
gain Ku dan ultimate period Tu plant akan
juga diuraikan, dan akhirnya diberikan penjelasan tentang hasil eksperimen.
Hasil eksperimen itu memberikan kesimpulan tentang pengaruh pengontrol
P(Proporsional), PI (Proporsional + Integral) dan PID (Proporsional + Integral
+ Diferensial) terhadap spesifikasi waktu sistem kontrol.
Gambar 1: Eksperimen di laboratorium
Sistem pengaturan UNIBRAW – MALANG
Perangkat Keras
Perangkat keras sistem ini terdiri atas komputer PC/AT, modul antarmuka
(interface card) PCL-714, motor DC servo merk leybold 734-14,
Penguat daya 734-13, rangkaian penyesuai keluaran-masukan. Komputer PC/AT
mengendalikan penggerak motor yang mendasarkan kerjanya pada algoritma
aksi pengontrol PID-Ziegler Nichols (proporsional integral diferensial).
Komunikasi data antara komputer dengan rangkaian penggerak motor menggunakan
susunan paralel 8 bit yang disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki oleh
rangkain antarmuka A/D D/A PCL-714. Rangkaian eskperimen selengkapnya ditunjukkan
oleh gambar 1.
Komputer PC/AT dengan prosesor Intel 80386 merupakan komputer
yang mempunyai lebar jalur data 16 bit (data bus D0-D15) dan lebar
jalur alamat 20 bit (address bus A0-A19). Data bus terbagi dua:
D0-D7 dan D8-D15. Jalur D0-D7 terpasang pada expansion slot sedangkan
D8-D15 terpasang pada AT-bus slot. Sinyal-sinyal yang dikeluarkan
pada expansion slot antara lain adalah 2 macam sinyal clock (
Clk, Osc), kontrol untuk I/O (input/output) dan memori, kontrol
untuk proses-proses interupt, kontrol untuk operasi DMA serta beberapa
macam tegangan catu daya dan ground.
Rangkaian antarmuka (interfacing) menggunakan alamat A0..A9.
Pemetaan alamat diklasifikasikan menjadi 2 bagian. Bagian pertama merupakan
daerah alamat heksadesimal 0000 sampai 01FF. Sedangkan bagian kedua adalah
alamat heksa desimal 0200 sampai 03FF. Pengkodean alamat terminal masukan
keluaran slot memakai daerah alamat bagian kedua.
Modul A/D-D/A PCL 714 mempunyai beberapa fasilitas, yakni fasilitas
Analog to Digital Converter (ADC), Digital to Analog Converter
(DAC), Digital input/output (D I/O). Fungsi pengubah sinyal analog
ke digital (ADC) mempunyai spesifikasi sebagai berikut:
Jangkauan masukan : Bipolar ±
5 V, ± 1 V
Saluran masukan : 16
Ketepatan : ± 0.15 pada jangkauan
± 5 V
± 0.25 pada jangkauan ±
1 V
Impedansi masukan : > 10 mega ohm
Waktu konversi : < 40 mikrodetik
Resolusi : 14 bit
Seperti dijelaskan di atas, selain fasilitas ADC, PCL 714 juga mempunyai
fasilitas DAC dengan spesifikasi berikut:
Jangkauan keluaran : Bipolar - 5 V sampai + 5 V
Saluran keluaran : 1 standar dan 1 cadangan
Ketepatan : 0.1 pada 25 ° C
Impedansi masukan : > 10 mega ohm
Waktu settling : < 30 mikrodetik
Resolusi : 14 bit
Modul antar muka PCL 714 dikendalikan oleh PC/AT melalui port masukan/keluaran.
Pengalamatannya menggunakan alamat dasar (base address) port I/O
yang telah disediakan oleh PC/AT. Pemilihannya dilakukan dengan mengatur
5 posisi switch ( SW1 - SW5 ) yang telah disediakan card
PCL-714. Tersedia alamat dari 200 h sampai 3F0 h.
Penggerak motor DC servo adalah peralatan buatan leybold
dengan type 734 14. Motor penggerak ini menggunakan medan magnit
tetap, sehingga kecepatan putarnya dapat dikontrol melalui pengontrolan
tegangan jangkar. Pada sumbu utama motor dipasang piringan inersia yang
dihubungkan dengan potensiometer dan jarum penunjuk.
Jarum penunjuk berfungsi untuk menunjukkan posisi sudut yang telah
dicapai. Besaran posisi ini diubah menjadi tegangan oleh potensiometer.
Peralatan penguat menggunakan modul tipe
734 13. Modul ini memiliki dua penguat. TCA 365B merupakan komponen utama
yang dirangkai dengan konfigurasi non-inverting dan inverting
amplifier. Pada konfigurasi non-inverting sinyal yang dihasilkan
pada terminal (2) mengalami penguatan dengan pergeseran phase f
= 0°
, sedangkan konfigurasi inverting keluaran terminal (3) penguatannya mempunyai
pergeseran phase f
= 180 °
dari sinyal masukannya (1).
Komponen penguat daya (amplifier) hanya
melakukan penguatan arus, sedangkan penguatan tegangannya adalah satu.
Resistansi input dari penguat ini adalah Re = 4,7 W
, dan tiga buah resistansi outputnya adalah RL (2-3), RL
(2-0) atau RL (3-0). Ketiganya dapat dipilih secara internal,
sehingga amplifier mampu menghasilkan arus maksimum IC = 3 A.
Perangkat Lunak
Komputer dilengkapi dengan perangkat lunak
agar data masukan setiap periode pencuplikan dapat dibaca dan dibandingkan
dengan harga yang diinginkan. Data eror itu dihitung dengan berdasarkan
algortima pengontrol. Hasil perhitungan itu kemudian dikirim ke peralatan
penguat dengan melalui perangkat D/A PLC 714. Diagram alir algoritma perangkat
lunak ditunjukkan oleh gambar 2.
Gambar 2
Diagram alir pengontrolan setiap periode
Inisialisasi
Rutin Inisialisasi berfungsi untuk menyiapkan
rangkaian antar muka PCL-714 pada mode yang diinginkan. Rangkaian antar
muka PCL-714 dipasang pada alamat 220 heksa dengan mode picuan internal
(alamat 220 heksa + 11 bernilai 1), sedangkan saluran ADC yang digunakan
dipilih melalui alamat 220h + 10. Jalur data untuk operasi ADC/DAC
di kontrol melalui alamat 220 heksa + 5 untuk bit tinggi dan 220 heksa
+ 4 untuk bit rendah. Rutin tersebut adalah :
Const
Port_pcl : Integer = $220;
Ctrl_trig : Integer = $220+11;
Ctrl_chn : Integer = $220+10;
Port_hi : Byte = $220+5;
Port_lo : Byte = $220+5;
Procedure Inisialisasi;
Begin
Port[Port_pcl] := 0;
Port[Ctrl_trig] := 0;
Port[Port_chn] := 15;
Port[Port_hi] := 45;
Port[Port_lo] := 0;
End;
Ketika program pertama kali dijalankan, alamat
220 heksa diberikan nilai nol. Cara ini dapat mencegah adanya kesalahan
pada proses selanjutnya. Agar data DAC bipolar yang dikeluarkan bernilai
0, maka pada alamat heksa 220 + 5 diberikan nilai 45 alamat 220 heksa +
4 diberikan nilai 0.
Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan algoritma kontrol
PID. Algoritma ini bermaksud untuk melakukan penjumlahan dari proses-proses
penguatan, pengintegralan dan penurunan nilai error dan mengeluarkan hasil
perhitungan sebagai sinyal kontrol. Algoritma pengolahan data pengontrol
PID memiliki bentuk persamaan transformasi Z sebagai berikut:
(1)
Untuk merealisasikan Persamaan (1) dalam
perangkat lunak (sofware), terlebih dulu persamaan itu diubah kedalam persamaan
pecahan polinomial z sebagai berikut:
n ³
m (2)
dengan ai, bi merupakan
konstanta.
Suku z-1 pada persamaan 2 menyatakan
proses sebuah waktu tunda (delay time). Diagram bloknya bloknya ditunjukkan
oleh gambar 3.
Gambar 3 Elemen waktu tunda (delay
time)
Berdasarkan persamaan 2, fungsi alih pengontrol
PID dari persamaan 1 dapat dinyatakan dalam bentuk berikut ini.
=
=
=
(3)
dengan: a1 = -1
a2 = 0
b0 =
b1 =
b2 =KD / T
Diagram blok persamaan 3 ditunjukkan oleh
gambar 4. Bentuk fungsi M(z) dari persamaan 3 adalah sebagai berikut:
(4)
Persamaan beda yang menyatakan persamaan
4 adalah sebagai berikut:
(5)
dengan: k = 0,1,2,3, …
m(k) = Keluaran kontroler PID saat ini
m(k-1) = Keluaran kontroler PID sebelum
saat ini
e(k) = Error masukkan saat ini
e(k-1) = Error masukkan sebelum saat ini
e(k-2) = Error Masukkan sebelum saat ini
Gambar 4
Blok diagram Algoritma PID
Diagram alir dari pengolahan data yang didasarkan
algoiritma PID ditunjukkan oleh gambar 5.
Gambar 5
Diagram alir Algoritma PID
Dengan menggunakan bahasa pemrograman PASCAL,
berikut ini diberikan prosedur perhitungan dari algortima PID.
Procedure Algol_PID;
Var
Kp,Ki,Kd,T,a1,b0,b1,b2,
V_back, V_ref, V_Out : Real;
k : Integer;
Begin
V_Back := 0;
a1 := -1;
b0 := Kp + Kp T/2 + Kd/T;
b1 := -(Kp+2*Kd);
b2 := Kd;
k := 0;
T := 0.06
M[-1] := 0; E[0] := 0; E[-1] :=0; E[-2]
:= 0;
Repeat
E[k] := V_Ref-V_Back;
M[k] := -a1*M[k-1]+b0*E[k]+b1*E[k-1]+b2*E[k-2];
V_Out := M[k];
if V_Out >= 4.99 then V_Out := 4.99;
if V_Out >= -4.99 then V_Out := -4.99;
DAC(V_Out);
M[k-1] := M[k];
E[k-1] := E[k];
E[k-2] := E[k-1];
k := k + 1;
V_Back := V_ADC;
Until E[k] = 0 or (k=500);
End;
Parameter Pengontrol - Zeigler-Nichols
Nilai konstanta pengontrol sistem ditentukan
dengan menggunakan metode osilasi. Pada metode osilasi, pertama ditentukan
nilai konstanta pengontrol proporsional. Setelah nilai konstanta pengontrol
proporsional diketahui, ditentukan nilai konstanta pengontrol integral
dan diferensial.
Langkah-langkah penentuan konstanta pengontrol
PID adalah sebagai berikut:
-
Menghubungkan keluaran sistem dengan Osilloscope
Stroge atau plotter HM 8188 untuk mengetahui tanggapan dari sistem.
-
Memberikan nilai konstanta proporsional dan
menyetel Ti = ¥
dan Td=0. Nilai konstanta proporsional diubah secara bertahap hingga tanggapan
sistem berosilasi secara kontinyu.
-
Mengamati dan mencatat nilai ultimate gain
Ku dan ultimate period Tu.
Hasil Pengujian
Pengujian eksperimen ini memberikan nilai ultimate
gain Ku sebesar 55 dan ultimate period Tu sebesar
0.35 s. Nilai yang diperoleh digunakan untuk menghitung nilai parameter
pengontrol proporsional, integral dan diferensial. Gambar 6 menunjukkan
foto osiloskop ketika respon berosilasi. Hasil perhitungan ini ditunjukkan
oleh Tabel 1.
Gambar 6:
Hasil Osiloskop respon sistem berosilasi
Tabel 1:
Hasil penalaan paramater PID dengan
metode osilasi
Pengatur
|
P
|
PI
|
PID
|
Kp
|
27.50 |
24.75 |
33 |
Ti
|
-
|
0.2975 |
0.175 |
Td
|
-
|
-
|
0.042 |
Sistem dengan Pengontrol P
Pada pengujian pertama, Sistem kontrol servo
posisi disisipi oleh pengontrol proporsional (P). Karakteristik pengontrol
P diperoleh dengan menyetel parameter integral Ti=~ dan parameter diferensial
Td=0. Pengamatan prilaku sistem didasarkan pada spesifikasi waktu sistem:
waktu naik, waktu tunda, waktu puncak dan lewatan maksimum. Tabel 2 menunjukkan
pengaruh pengubahan parameter proporsional terhadap spesifikasi waktu sistem.
Gambar 7 menunjukkan salah satu hasil respon sistem untuk pengontrol proporsional
dengan Kp=27,50.
Tabel 2:
Respon sistem , dengan nilai Ti = ~,
Td = 0, dan Kp berubah.
Parameter
|
Nilai Penguatan ( Kp )
|
Respon Transien
|
1
|
10
|
27.50
|
50
|
Waktu tunda ( td )
|
-
|
0.5 s
|
0.5 s
|
0.55 s
|
Waktu naik ( tr )
|
-
|
0.9 s
|
0.95 s
|
0.95 s
|
Waktu puncak ( tp )
|
-
|
-
|
1.05 s
|
1.05 s
|
Lewatan waktu maksimum
( Mp )
|
-
|
-
|
3 %
|
5.4 %
|
Gambar 7:
Respon sistem dengan Kp=27,50
Sistem dengan Pengontrol PI
Pengujian kedua bertujuan mengamati pengaruh pengubahan parameter integral
Ti pada pengontrol PI terhadap spesifikasi sistem. Karakteristik pengontrol
PI diperoleh dengan menyetel Td=0. Tabel 3 memperlihatkan hasil pengamatan
itu, sedangkan gambar 8 menunjukkan hasil osiloskop untuk Kp=24,75 dan
Ti=0,2975.
Tabel 3:
Respon sistem , dengan nilai Kp = 24.75, Td = 0, dan Ti berubah.
Parameter
|
Konstanta waktu integral, Ti
|
Respon Transien
|
0.01
|
0.2
|
0.2975
|
0.5
|
Waktu tunda ( td )
|
-
|
0.58 s
|
0.55 s
|
0.56 s
|
Waktu naik ( tr )
|
-
|
0.95 s
|
0.98 s
|
1 s
|
Waktu puncak ( tp )
|
-
|
1.79 s
|
1.62 s
|
1.8 s
|
Lewatan waktu maksimum
( Mp )
|
-
|
85.6 %
|
74 %
|
58.8 %
|
Gambar 8:
Respon sistem dengan Kp=24,75 dan Ti=0,2975
Sistem dengan Pengontrol PID
Hasil pengujian respon sistem yang menggunakan
pengontrol PID ditunjukkan oleh tabel 4. Gambar 9 memperlihatkan hasil
osiloskop untuk pengontrol Kp=33, Ti=0,175 dan Td=0,042.
Tabel 4:
Respon sistem, dengan nilai Kp = 33,
Ti = 0.175, dan Td berubah
Parameter
|
Waktu diferensial (Td)
|
Respon Transien
|
0.002
|
0.05
|
0.042
|
0.10
|
Waktu tunda ( td
)
|
0.6 s
|
0.6 s
|
0.6 s
|
0.65 s
|
Waktu naik ( tr
)
|
1 s
|
1 s
|
1 s
|
1.1 s
|
Waktu puncak (
tp )
|
1.8 s
|
1.8 s
|
1.8 s
|
1.85 s
|
Lewatan waktu maksimum
( Mp )
|
86.8 %
|
88 %
|
88 %
|
88 %
|
Gambar 9: Respon sistem dengan Kp=33,Ti=0,175
dan Td=0,042
Kesimpulan
-
Algoritma pengontrol PID menggunakan metode pendekatan rectangular dan
trapezoidal. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa perangkat lunak yang disusun
dapat mengendalikan perangkat keras sesuai dengan perancangan.
-
Parameter pengontrol PID berupa Kp, Ti, Td ditentukan melalui metode penyetelan
Ziegler-Nichols. Nilai penguatan yang didapat dari percobaan besarnya adalah
-
Untuk pengontrol proporsional
Kp = 27.50
-
Untuk pengontrol proporsional plus integral
Kp = 24.75, Ti = 0.2975
-
Untuk pengontrol proporsional plus integral plus diferensial
Kp = 33, Ti = 0.175, Td = 0.042
-
Respon sistem yang memuaskan diperlihatkan oleh pengontrol proporsional.
Besarnya nilai terletak disekitar nilai pendekatan yang diperoleh dengan
metode Zeigler dan Nichols.
Daftar Pustaka
-
Ziegler, J. G. dan N.B. Nichols, 1942, Optimum Setting for Automatic Controllers,
Tans. ASME, vol. 64, pp. 759-768.
-
Gunterus, Frans: Falsafah Dasar: Sistem Pengendalian Proses, jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta, 1994.
-
Johnson, Curtis: Process Control Instrumentation Technology, Englewood
Cliffs, New Jersey, 1988.
-
Ogata, Katsuhiko: Teknik Kontrol Automatik – terjemahan: Ir. Edi Laksono,
Erlangga, Jakarta, 1991.
Oleh : Ir. Chairuzzaini, Dipl. -Ing. Ir. Mohammad
Rusli: Staf Pengajar di jurusan teknik elektro, FT-Unibraw-Malang.
E-Mail: rusli@unibraw.wasantara.net.id
Rudy Ariyanto, ST : Sarjana teknik Elektro - Fakultas Teknik - Universitas
Brawijaya - Malang.
[ Sajian Utama ]
[ Sajian Khusus ]
[KOMPUTER] [TELEKOMUNIKASI]
[ ENERGI ] [ELEKTRONIKA]
[INSTRUMENTASI]
Please send comments, suggestions, and criticisms about
ELEKTRO INDONESIA.
Click here to send me
email.
[ Halaman Muka ]
© 1996-1998 ELEKTRO
Online.
All Rights Reserved.