Pengelolaan instalasi dan energi melibatkan jumlah uang yang tidak kecil. Sebagai gambaran singkat dapat disampaikan, bahwa nilai asset (jumlah seluruh aktiva) PLN saat ini mencapai kira-kira Rp 50 triliun, sedangkan pendapatan PLN berkisar sekitar Rp 10,48 triliun per tahun. Biaya bahan bakar per tahun mencapai kira-kira Rp 4,15 triliun. Oleh karenanya, operasi yang optimum sangat diperlukan.
Biaya investasi per tahun dalam Repelita VI, diperkirakan mencapai Rp 7 - 10 triliun per tahun.
Masalah di Bidang Sumber Daya Manusia
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi PLN sebagai yang diuraikan di atas, diperlukan Sumber Daya Manusia yang memadai, baik segi kuantitas maupun kualitasnya.
Sebagai gambaran, PLN pada tahun 1995 menerima pegawai baru sebagai berikut:
- Sarjana (S1) : 252 orang
- Diploma 3 (D3) : 134 orang.
- Dari Sarjana (S1) / Diploma 3 (D3) yang diterima, komposisinya kurang lebih sebagai berikut:
- Sarjana Elektro : 40 %
- Sarjana Mesin : 30 %
- Sarjana Sipil : 5 %
- Sarjana Ekonomi / Akuntansi : 15 %
Tenaga kerja baru yang diterima di PLN, untuk selanjutnya diberi Pendidikan dan Latihan (dimulai dengan pelajaran Bela Negara, dengan maksud untuk melatih disiplin, membangun jiwa korsa dan mempertebal rasa cinta tanah air).
Tujuan Pendidikan dan Latihan bagi tenaga kerja baru tersebut, adalah :
- Menyamakan tingkat pengetahuannya.
- Memberikan pengetahuan, khususnya yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya di PLN.
Pegawai yang telah bekerja di PLN, juga perlu diberi Pendidikan dan Latihan, dengan tujuan:
- Memberikan penyegaran pemikiran
- Menambah pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan tugas yang dihadapi
- Memberikan bekal pengetahuan untuk pengembangan diri.
Pendidikan dan Latihan perlu dilakukan secara terus menerus kepada semua lapisan pegawai, mengingat perkembangan PLN menyebabkan volume pekerjaan juga terus bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Hal ini memerlukan penerapan metode kerja yang baru, dan penerapan metode kerja yang baru memerlukan Pendidikan dan Latihan atas Sumber Daya Manusia yang akan melakukannya. Perubahan metode kerja yang terjadi, misalnya komputerisasi dan desentralisasi.
Manajemen
Perkembangan PLN di berbagai bidang, seperti diuraikan pada butir-butir terdahulu, juga memerlukan pengembangan di bidang manajemen. Seorang Sarjana Teknik di PLN dalam karirnya pasti akan mengalami tugas yang bersifat manajemen.
Selaku seorang manajer, seorang Sarjana Teknik perlu pula mengetahui segi Keuangan dan segi Sumber Daya Manusia dalam perusahaan, mengingat bahwa Uang dan Manusia merupakan sumber daya perusahaan yang sangat penting.
Seorang Sarjana Teknik yang menduduki jabatan manajer di PLN, diharapkan tetap mengembangkan pengetahuan tekniknya sesuai dengan perkembangan teknik yang terjadi di PLN. Hal ini diperlukan, karena seorang manajer akan sulit mengambil keputusan apabila tidak menguasai masalah teknik yang dihadapi, khususnya dalam melakukan pengembangan, karena PLN merupakan perusahaan yang padat dengan pengetahuan teknik.
Kurangnya pengetahuan teknik dari seorang manajer di PLN sering menyebabkan kepemimpinannya penuh keraguan dan perintahnya sering tidak jelas, sehingga sangat mengurangi motivasi kerja dan produktivitas anak buahnya.
Oleh karenanya, Pendidikan dan Latihan yang meliputi bidang teknik dan manajemen perlu diberikan secara terus menerus bagi semua lapisan Sumberdaya Manusia PLN.
Tabel 2 menggambarkan secara ringkas masalah-masalah yang dihadapi PLN serta kemampuan salah satu Sumber Daya Manusia, dalam hal ini Sarjana Teknik Listrik yang harus menghadapi masalah tersebut.
Kendala yang Dihadapi PLN
Dalam menyelesaikan masalah-masalah yang di atas, PLN menghadapi kendala sebagai berikut:
- Kurangnya dana yang tersedia
- Kurangnya Sumber Daya Manusia yang tersedia, yang memenuhi kualitas yang diinginkan oleh PLN.
Tantangan PLN
- Tugas Menyediakan Tenaga Listrik
-
Sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK), PLN berkewajiban menyediakan tenaga listrik di seluruh pelosok tanah air yang terdiri atas ± 13000 pulau. Dalam melakukan tugas ini, PLN menghadapi berbagai masalah dan kendala seperti telah diuraikan dalam butir-butir terdahulu. Hal ini merupakan sebagian dari tantangan PLN.
- Partisipasi Swasta
-
Pemerintah telah mencabut hak monopoli PLN dalam penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat, swasta juga diperbolehkan berpartisipasi. Partisipasi swasta ini diperlukan mengingat besarnya tugas penyediaan tenaga listrik yang harus dilakukan, khususnya ditinjau dari segi kebutuhan biaya. Di lain pihak hal ini berarti bahwa PLN ditantang untuk bersaing dengan swasta. Dengan persaingan juga diharapkan agar PLN berusaha memperbaiki kinerjanya agar mampu bersaing dengan swasta.
- Perubahan Status
-
Perubahan status hukurm PLN dari Perusahaan Umum menjadi Persero merupakan salah satu langkah untuk memungkinkan PLN bersaing dengan swasta atau sebaliknya berpatungan dengan swasta.
Perubahan status ini juga memungkinkan PLN menjual saham ke pasar modal atau kepada partner strategis (berpatungan), seperti halnya yang sering dilakukan oleh perusahaan swasta.
Berhubungan dengan pasar modal dan berpatungan dengan partner strategis memerlukan perubahan sikap Sumber Daya Manusia (SDM) PLN, mengingat sebelumnya PLN adalah suatu perusahaan monopoli selama beberapa puluh tahun.
- Era Globalisasi
-
Era globalisasi yang antara lain ditandai dengan:
- Komunikasi internasional yang mudah, sehingga lalu lintas informasi antara berbagai pelaku bisnis menjadi cepat. Hal ini memerlukan kemampuan perusahaan untuk selalu mendapatkan informasi mutakhir agar mampu bersaing.
- Tuntutan akan transparansi manajemen perusahaan, khususnya untuk perusahaan yang memasuki pasar modal, merupakan syarat melakukan bisnis. Hal ini menuntut manajemen perusahaan harus mampu mempertanggungjawabkan semua tindakannya secara terbuka.
- Tuntutan untuk memasuki pasar bebas internasional. Hal ini berarti bahwa PLN sebagai penyedia tenaga listrik bagi masyarakat khususnya masyarakat industri harus mampu menyediakan tenaga listrik yang semurah mungkin dengan memperhatikan mutu dan keandalan tanpa proteksi dari Pemerintah.
Manajemen PLN harus melakukan persiapan-persiapan mulai saat ini juga untuk menghadapi 3 butir tersebut di atas.
Harapan PLN Kepada PII
Pada saat ini PLN mempunyai 2.553 orang Sarjana Teknik, terdiri dari:
- 1.349 orang S1/S2/S3 Elektro
- 592 orang S1Mesin
- 350 orang S1/S2 Sipil
- 38 orang Teknik Industri
- 224 orang Teknik lainnya.
Para Sarjana Teknik PLN bersama seluruh Karyawan PLN yang berjumlah kira-kira 52.000 orang bertugas untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi PLN.
Masalah yang dihadapi PLN terus berkembang baik secara kwantitatif maupun secara kwalitatif, oleh karenanya jumlah Sarjana Teknik PLN akan terus bertambah dan juga kwalitasnya perlu terus menerus ditingkatkan.
Untuk meningkatkan kwalitas Sarjana PLN, PLN mempunyai Unit Bisnis Jasa Pendidikan dan Latihan yang bertugas meningkatkan kwalitas SDM PLN termasuk Sarjananya. Untuk peningkatan kwalitas SDM ini PLN juga mengadakan kerjasama dengan berbagai Universitas dan Lembaga Pendidikan.
Untuk meningkatkan kwalitas SDM PLN, khususnya bagi sarjana Tekniknya, ada beberapa harapan PLN kepada Persatuan Insinyur Indonesia, yaitu:
- Merupakan wadah bagi para Insinyur Indonesia untuk saling berkomunikasi dalam arti yang luas dan secara khusus di bidang keahliannya.
- Melakukan langkah-langkah pembinaan profesionalisme pada Insinyur Indinesia tetapi tidak merupakan duplikasi Pendidikan dan Latihan yang telah dilakukan oleh Lembaga Pendidikan.
- Menguji dan memberikan Brevet Keahlian untuk bidang-bidang keahlian keinsinyuran.
Pemberian Brevet Keahlian ini hendaknya memberikan jaminan keahlian bagi Insinyur yang mendapat Brevet untuk bidang keahlian tertentu, khususnya jika bidang keahlian ini menyangkut keselamatan umum.
Hal-hal tersebut di atas diharapkan PLN dilakukan PII karena:
- PLN perlu mengetahui metode-metode teknik yang dipakai oleh Perusahaan-perusahaan lain maupun instansi-instansi non komersial.
- Banyak pengetahuan dan ketrampilan yang pengembangannya tidak tertampung pada Lembaga Pendidikan dan Latihan yang ada, sehingga diharapkan dapat ditampung oleh PII.
- Brevetisasi oleh PII diharapkan merupakan salah satu cara untuk mengembangkan profesionalisme insinyur, tetapi jangan menjadi ajang birokrasi .
Kesimpulan
Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia terus berkembang baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan dengan andal dan aman teknologi tenaga listrik harus terus dikembangkan. Demikian pula, sistem kontrol dan telekomunikasi yang sangat diperlukan dalam pengusahaan tenaga listrik. Semua itu harus didukung dengan kesiapan Sumber Daya Manusia, khususnya Sarjana Teknik Elektro.
Sumber Daya Manusia Teknik Elektro harus senantiasa disempurnakan mengikuti tuntutan kebutuhan sedemikian rupa sehingga para insinyur selalu siap menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang timbul.
Dikutip dari makalah Ir. Djiteng Marsudi, seperti disampaikan pada Konvensi Nasional 1997 Sarjana Teknik Elektro, 6-7 Maret 1997 di Jakarta.
[Sajian Utama]
[Sajian Khusus]
[KOMPUTER]
[KOMUNIKASI]
[KENDALI]
[ENERGI]
[ELEKTRONIKA]
[INSTRUMENTASI]
[PII NEWS]
Please send
comments, suggestions, and criticisms about ELEKTRO INDONESIA.
Click here to
send me email.
[Edisi Sebelumnya]
© 1997 ELEKTRO ONLINE and INDOSAT NET.
All Rights Reserved.