ELEKTRO INDONESIA
Edisi ke Empat Belas, Agustus 1998
MULTIMEDIA
Radiotext
Pada sistem penyiaran FM stereo di pita frekuensi 88~108 MHz, tersedia
fasilitas pengiriman data untuk siaran teledata yang menempati sebagian
kecil pita bagian atas dari seluruh pita siaran. Di Indonesia, fasilitas
ini belum dimanfaatkan karena adanya beberapa kendala : belum tersedianya
perangkat keras dan perangkat lunak, baik pada pemancar maupun pada penerima.
Untuk melihat kemungkinan aplikasi sistem siaran teledata di Indonesia,
telah dilakukan studi kelayakan di Lab. Teknik Elektro U.K. Satya Wacana
Salatiga. Sistem yang dilipih adalah sistem SCA (subsidiary communications
authorization), dan telah dilakukan perancangan pada semua sub-sistem
yang mendukung siaran teledata, yakni perangkat keras pemancar,
perangkat lunak pengirim data, perangkat keras penerima, dan perangkat
lunak pemayar data. Dari studi ini diperoleh hasil bahwa sistem penyiaran
teledata dapat dibuat dengan mudah, dan hasil perancangan telah
bekerja dengan baik. Laju pengiriman data yang berhasil dilakukan adalah
sebesar 1.200 bps. Sistem ini dengan mudah akan bisa diaplikasikan pada
sistem siaran FM stereo konvensioal yang saat ini digunakan di Indonesia
karena pada umumnya sistem pemancarnya telah menyediakan terminal masukan
untuk sinyal SCA. Hasil studi juga menunjukkan bahwa perancangan pemayar
(display) pada sistem penerima bisa dilakukan dengan melakukan modifikasi
pada penerima FM stereo konvensional. Karena karakteristiknya yang khas
maka sistem teledata ini disebut dengan sistem radiotext.
Latar Belakang
Siaran FM stereo di Indonesia sudah cukup luas diselenggarakan, bahkan
hingga ke kota-kota kecil di seluruh pelosok tanah air. Sayangnya, siaran
ini belum dimanfaatkan secara maksimal karena masih ada fasilitas yang
tidak dimanfaatkan, yakni fasilitas pengiriman teledata. Di negara-negara
maju, fasilitas ini sudah sejak lama dimanfaatkan untuk mengirimkan data-data
teks secara digital. Data/informasi yang dikirimkan bisa dari berbagai
jenis, mulai dari informasi teks lagu yang sedang diputar saat itu, pengumuman,
cuaca, iklan bioskop, hingga ke pasar uang dan informasi-informasi yang
berubah dengan cepat lainnya. Karakteristik sistem teledata ini
persis sama dengan sistem teletext yang sekarang sudah lazim digunakan
oleh sistem televisi. Karena dikirim dengan sistem broadcast FM
stereo dan diterima dengan penerima FM stereo khusus (yang memiliki pemayar)
maka informasi teledata ini sangat praktis dan berguna bagi pelanggan
yang mobilitasnya tinggi. Seorang pebisnis misalnya, bisa memonitor pergerakan
harga saham dari menit ke menit hanya dengan mengantongi pesawat penerima
saku yang dilengkapi dengan teledata. Hal inilah yang membedakannya
dari sistem teletext televisi, yang (hampir) tidak memiliki mobilitas
sama sekali karena untuk menerima siarannya harus menggunakan layar televisi.
Pesawat televisi yang portable saat ini belum bisa digunakan dengan
maksimal akibat lemahnya sinyal dari pemancar dan terlebih lagi karena
sangat boros energi. Batere pesawat televisi mini yang beredar di pasar
saat ini, hanya sanggup bertahan selama 2-3 jam saja. Dengan demikian,
sistem teledata dengan radio akan lebih unggul dalam banyak hal
dibanding dengan sistem teletext televisi.
Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana sistem teledata
bisa diwujudkan (dengan menggunakan komponen yang tersedia di pasaran)
dan kemungkinan aplikasinya di Indonesia. Karena karakteristiknya yang
khas, maka pada makalah ini sistem teledata dengan radio disebut
juga dengan sistem radiotext.
Sistem Radiotext dengan SCA
Fasilitas penyiaran teledata disediakan oleh setiap perangkat pemancar
FM stereo yang standar. Ada dua jenis sistem pengiriman teledata
yang saat ini digunakan : sistem RDS (radio data system) yang berasal
dari Inggris (tepatnya dari European Broadcasting Union, EBU), dan
sistem telerate yang menggunakan SCA (subsidiary communications
authorization) yang berasal dari Amerika Serikat (lihat Gambar 1).
RDS menggunakan sub-frekuensi pembawa sejauh 57 kHz dari frekuensi pusat
dengan sistem modulasi amplitudo jenis DSBSC (double sideband suppressed
carrier) dan lebar pita sebesar + 2 kHz setelah terlebih dulu
dimodulasikan secara BPSK (bi-phase shift keying). SCA menggunakan
sub-frekuensi pembawa sejauh 67 kHz dari frekuensi pusat dengan sistem
modulasi frekuensi (FM) setelah terlebih dulu dimodulasikan secara FSK
(frequency shift keying) dan deviasi maksimum sebesar 7,5 kHz. Karena
menggunakan modulasi frekuensi, maka jelaslah bahwa sistem SCA lebih kebal
terhadap derau dibanding sistem RDS. Keunggulan lainnya adalah laju pengiriman
data yang lebih tinggi (karena lebar pitanya lebih besar) dan untai penerima
yang lebih sederhana. Karena keunggulan-keunggulan itulah maka sistem SCA
dipilih sebagai obyek studi untuk meneliti kemungkinan penerapannya di
Indonesia.
Keterangan :
L+R = jumlah informasi suara kanal kiri dan kanan
L-R = selisih informasi suara kanal kiri dan kanan
pilot = sinyal pandu penanda siaran stereo
RDS = radio data system
SCA = subsidiary communications authorization
Seperti tampak di Gambar 1, pengiriman data teks
dilakukan di luar spektrum frekuensi suara stereo (L+R dan L-R yang menempati
spektrum dari 0 hingga 53 kHz), sehingga tidak timbul interferensi di antara
keduanya. Pengiriman dilakukan dengan sistem modulasi bertingkat : FSK
dan FM. Modulasi FSK dilakukan pada tahap awal, yakni memodulasikan data-data
digital (berupa informasi "1" dan "0" dari data digital teks informasi)
menjadi sinyal audio DTMF (dual tone multiple frequency). Sinyal
ini kemudian dimodulasikan kembali secara FM pada frekuensi pembawa 67
kHz dengan lebar deviasi maksimum sebesar 7,5 kHz. Sinyal SCA-FM ini pada
akhirnya dijumlahkan dengan sinyal multipleks FM stereo konvensional. Bagan
kotak sistem FM stereo dengan fasilitas radiotext ditunjukkan di
Gambar 2. Secara teoritis, kecepatan pengiriman data maksimum yang bisa
dilakukan dengan sistem ini adalah sebesar 4.800 bps.
Perangkat keras yang ditambahkan pada pemancar FM stereo konvensional
adalah untai antar-muka ke komputer, modulator FSK, dan modulator SCA-FM.
Antar-muka komputer berfungsi untuk menjembatani jalur komunikasi serial
(RS232) komputer dengan sistem SCA, karena kedua sistem ini memiliki aras
tegangan logika yang berbeda (RS232 menggunakan aras -15V dan +15V untuk
mewakili logika 1 dan 0, sedangkan sistem SCA menggunakan aras tegangan
TTL +5V dan 0V). Untai ini menggunakan untai terintegrasi (IC) jenis MAX232,
yang memang berfungsi untuk mengubah aras tegangan TTL menjadi aras tegangan
RS232, dan sebaliknya. Modulator FSK berfungsi untuk memodulasikan data
dari komputer (berupa aras tegangan TTL) menjadi sinyal audio DTMF (dual
tone multiple frequency). Untainya menggunakan IC jenis TCM 3105 yang
merupakan modem FSK chip tunggal, sehingga sangat sederhana.
Modulator SCA-FM berfungsi untuk memodulasikan sinyal DTMF (dari modulator
FSK) menjadi sinyal termodulasi frekuensi, dengan sub-pembawa sebesar 67
kHz. Untainya menggunakan NE565 yang merupakan untai PLL yang difungsikan
sebagai modulator FM. Keluaran dari modulator SCA-FM ini akhirnya dijumlahkan
dengan sinyal multipleks FM stereo konvensional dan dipancarkan.
Pada penerima, modifikasi dilakukan dengan menambahkan beberapa buah
untai : band pass filter 59,5~74,5 kHz yang akan mencuplik sinyal
SCA dari penguat berpita lebar yang tersedia pada penerima konvensional,
untai demodulator SCA-FM, untai demodulator FSK, dan untai pemayar (display
circuit). Untai BPF berfungsi untuk menapis sinyal-sinyal di luar sinyal
SCA yang akan diproses. Untai demodulator SCA-FM berfungsi untuk mendapatkan
kembali sinyal DTMF. Seperti halnya modulator SCA, maka demodulator SCA
menggunakan IC jenis NE565 sebagai komponen utamanya. Sinyal DTMF yang
dihasilkan akan didemodulasikan sekali lagi oleh untai demodulator FSK
sehingga didapatkan keluaran data digital yang tepat sama dengan data digital
yang dikirimkan dari pemancar. Data digital ini akan diumpankan pada sistem
pemayar LCD, atau bisa juga dihubungkan dengan sebuah komputer untuk memayarkannya.
Untai pemayar LCD yang dirancang di sini menggunakan empat baris matriks
dan menggunakan pengendali mikro (micro controller) sebagai pengendali
perangkat lunak.
Data informasi teks yang dikirimkan dari komputer memiliki format yang
sangat mirip dengan format data teletext pada televisi. Pada penerima,
tampilan datanya adalah dalam bentuk halaman-halaman tertulis, mirip seperti
majalah yang berisi baris-baris kalimat/kata dengan resolusi rendah. Dengan
demikian tersedia ruang-ruang yang bisa diisi dengan informasi yang dikehendaki
: berita, syair lagu, info cuaca, iklan, atau informasi lainnya. Data informasi
ini terus-menerus dikirimkan halaman demi halaman sehingga setiap ada perubahan
akan langsung tertampil pada penerima dalam hitungan detik. Jika misalnya
dalam satu sistem terdapat 300 halaman teks, maka setelah pengiriman halaman
No. 300 akan diteruskan dengan pengiriman halaman No. 1 kembali dan seterusnya
(dilakukan proses data refreshing). Jadi persis seperti sebuah pita
yang ujung dan pangkalnya disambungkan. Format pengiriman datanya ditunjukkan
di Gambar 3. Komputer yang digunakan untuk memasukkan
data-data teks ini sekaligus juga berfungsi untuk melakukan refresh
data secara otomatis. Pendengar, atau tepatnya "pemirsa" radiotext,
dengan mudah akan bisa memilih halaman-halaman yang diingini dengan memanfaatkan
tombol pemilih halaman.
Data digital dikirimkan dengan menggunakan metoda pengiriman asynchronous
untuk tiap-tiap karakter. Start bit yang dipakai adalah satu bit
tanpa parity dengan jumlah data 8 bit dan sebuah stop bit.
Pengiriman blok-blok data dilakukan terus-menerus secara berantai, dan
jika terjadi pembaruan data maka akan langsung dikirimkan pada putaran
berikutnya.
Hasil Pengujian
Perangkat keras sistem radiotext yang dirancang ditunjukkan di Gambar
4. Dari hasil pengujian, semua untai yang dirancang (baik pada pemancar
maupun penerima) telah berfungsi dengan baik. Pemancar, yang menggunakan
sebuah stereo FM exciter, dikerjakan di frekuensi 97,25 MHz. Masukan
data SCA diperoleh dari sebuah personal computer yang diisi dengan
simulasi program-program tayangan radiotext. Penerima menggunakan
sebuah penerima FM stereo konvensional yang telah dimodifikasi sehingga
memiliki terminal keluaran untuk memproses sinyal SCA yang dihasilkan.
Untai pemayar LCD digunakan untuk memayarkan program radiotext yang
diterima. Dari pengujian perangkat keras diperoleh hasil seperti ditunjukkan
di Tabel 1, sedangkan hasil pengukuran spektrum frekuensi sinyal SCA ditunjukkan
di Gambar 5.
Tabel 1. Hasil pengujian perangkat keras.
Laju data maksimum |
1200 bps
|
Deviasi maksimum sinyal SCA |
7.5 kHz
|
Cakap silang (cross talk)
sinyal SCA maksimum dengan sinyal terdekat (sinyal pita sisi atas L-R) |
< -31,24 dB
|
Cakap silang sinyal audio
frekuensi tinggi maksimum dengan sinyal SCA |
< - 43,60 dB
|
Pengujian perangkat lunak dilakukan dengan mengirim dan menerima karakter
dengan berbagai variasi (berupa teks). Contoh informasi teks yang dikirim
berjumlah delapan halaman dengan ragam chained transmission, dan
semuanya berhasil diterima dengan tepat oleh penerima. Contoh hasil pengiriman
data radiotext yang berhasil dipayarkan ditunjukkan di Gambar
6.
Sistem masukan data dari komputer yang dioperasikan oleh seorang operator
juga bisa ditingkatkan dengan menghubungkannya ke jaringan internet atau
jaringan komersial lainnya untuk mendapatkan informasi bisnis (atau apapun)
yang terbaru secara kontinyu. Data dari lantai bursa/efek misalnya, bisa
langsung ditampilkan di layar radiotext. Operator tidak perlu terus-menerus
mengetik informasi yang selalu berubah itu. Teknologi jaringan semacam
ini sudah tidak asing lagi karena telah banyak dimanfaatkan oleh perusahaan
dan instansi di Indonesia.
Analisis
Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa perancangan sistem
radiotext telah berhasil diwujudkan dengan hasil yang cukup baik.
Kecepatan pengiriman data yang relatif masih rendah (1.200 bps) diperkirakan
sebagai akibat dari kualitas penerima yang tidak terlalu baik (memiliki
kepekaan >100 mV), dan adanya derau lingkungan
yang relatif tinggi. Apabila kualitas penerima yang digunakan ditingkatkan,
maka diperkirakan bahwa laju pengiriman data bisa ditingkatkan. Sistem
radiotext sangat mungkin untuk diterapkan di Indonesia dalam waktu
dekat, karena teknologi perangkat keras (hardware) maupun perangkat
lunak (software)-nya dapat dibuat dengan mudah. Terlebih lagi, dari
hasil survei didapat keterangan bahwa hampir semua stasiun pemancar FM
stereo adalah buatan luar negeri yang telah dilengkapi dengan fasilitas
masukan untuk SCA (atau teledata), sehingga sangat memungkinkan
untuk segera melakukan siaran radiotext. Perangkat komputer (PC)
telah digunakan secara luas di stasiun-stasiun tersebut, sehingga pada
dasarnya sistem radiotext sudah bisa diterapkan. Dari segi materi
siarannya sendiri, radiotext akan bisa menjadi lahan alternatif
baru bagi pemasukan iklan, karena sifatnya yang khas : bisa terbaca kapan
saja (tidak seperti iklan spot siaran audio yang terdengar sesaar dan setelah
itu hilang).
Penutup
Sistem radiotext telah bisa diwujudkan, dan aplikasinya di Indonesia
dengan mudah bisa segera dilakukan karena pada umumnya pemancar FM stereo
yang digunakan telah menyediakan terminal masukan untuk sinyal SCA. Namun,
justru yang menjadi kendala utama adalah belum tersedianya penerima FM
stereo yang dilengkapi dengan radiotext di Indonesia. Diperkirakan
hal ini hanyalah masalah waktu saja, karena teknologi yang cukup murah
ini diperkirakan akan segera memasuki Indonesia. Bahkan, apabila para produsen
radio di Indonesia jeli dan bisa menangkap serta menyiasati kesempatan
ini dengan baik mereka bisa mendahuluinya dengan membuatnya di dalam negeri
dengan harga yang murah. Mereka bisa bekerja sama dengan dunia pendidikan
untuk mewujudkannya.
Daftar Pustaka
-
George Kennedy and Bernard Davis, "Electronic Communication System", Glencoe
Macmillan/McGraw-Hill, Australia, 4th ed., 1992.
-
Howard M. Berlin, "Design of Phase-Locked Loop Circuit With Experiment",
Howard W. Sams & Co., Inc., Indiana, 1982.
-
I. Scott Mackenzie, "The 8051 Microcontroller", Prentice-Hall Inc.,
Indiana, 2nd ed., 1995.
-
Xavier Pacheco and Steve Teixeria, "Delphi 2 Developers Guide",
Borland Press, Indiana, New Jersey, 2nd ed., 1996.q
Oleh : Yuliman Purwanto
Staf Pengajar Fakultas Teknik U. K. Satya Wacana Salatiga
Email : yepe@uksw.ac-id.net
dan Veri Sukawiratmo alumni UKSW.
[ Sajian Utama
] [ Sajian Khusus ]
[KOMPUTER] [TELEKOMUNIKASI]
[KENDALI] [ENERGI]
[INSTRUMENTASI]
Please send comments, suggestions, and criticisms
about ELEKTRO INDONESIA.
Click here to send me
email.
[ Halaman Muka ]
© 1996-1998 ELEKTRO
Online.
All Rights Reserved.