Home
Halaman Muka
Sajian Utama
Sajian Khusus
Komunikasi
Komputer
Elektronika
Tutorial
Prospek Penggunaan Transmisi HVDC Dengan Kabel
Laut di Indonesia
|
|
|
|
Setiap inti atom suatu materi menyimpan energi yang besarnya
seperti dirumuskan dengan persamaan relativitas Einstein E = mC2. Namun
tidak semua materi yang ada di alam ini dapat melakukan reaksi nuklir dan
melepaskan energi yang terkandung di dalam intinya. Hanya bahan-bahan tertentu
yang dapat melakukan reaksi nuklir disertai dengan pelepasan energi inti.
Bahan-bahan yang dapat melakukan reaksi nuklir itu disebut bahan bakar
nuklir. Umumnya bahan bakar nuklir adalah unsur-unsur berat bernomor atom
tinggi dan mempunyai kemampuan menyerap neutron yang tinggi.
Bahan radioaktif alam yang cukup lama dikenal dan hingga saat ini masih
digunakan secara luas sebagai bahan bakar nuklir jenis fisi adalam uranium
(U). Uranium bukan merupakan logam yang jarang karena keberadaannya di
alam mencapai 50 kali lebih banyak dibandingkan air raksa yang sudah sejak
lama dikenal orang. Uranium terdapat sebagai mineral dalam kerak bumi,
juga dalam air laut. Cadangan uranium terdapat terutama di Amerika Serikat,
Kanada, Rusia dan beberapa negara Afrika seperti Gabon, Nigeria dan Afrika
Selatan.
Mineral Uranium
Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium sebagai
mineral. Karena mineral tersebut bersifat radioaktif dan untuk mendapatkannya
harus melalui proses penggalian dalam tambang, maka uranium seringkali
dikenal juga sebagai bahan galian nuklir. Mineral uranium terdapat dalam
kerak bumi pada hampir semua jenis batuan, terutama batuan asam seperti
granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton batuan. Di alam dapat ditemukan
lebih dari 100 jenis mineral uranium, antara lain yang terkenal adalah
uraninite, pitchblende, coffinite, brannerite, carnatite dan tyuyamunite.
Kandungan uranium dalam mineral, besarnya cadangan dan sifat cadangan
sangat menentukan nilai ekonomi mineral tersebut. Untuk selanjutnya perlu
dibedakan antara mineral dan bijih. Mineral adalah senyawa alamiah dalam
kerak bumi, sedang bijih merupakan mineral yang memberi nilai ekonomi apabila
dieksploitasikan. Dahulu hanya bijih dengan kadar di atas 0,1 persen yang
menarik perhatian. Namun karena permintaan uranium yang terus menunjukkan
peningkatan dari waktu ke waktu, maka saat ini orang mengambil bijih dengan
kadar uranium kurang lebih 0,03 persen.
Kadar uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan
dengan kadarnya di dalam batuan beku lainnya. Oleh sebab itu, batuan tersebut
dapat dikatakan sebagai pembawa uranium. Batuan granit dengan volume 1
km3 dapat membentuk cebakan uranium sebanyak 2.500 ton. Pada umumnya uranium
dalam batuan ini terdistribusi secara merata dan dapat dijumpai dalam bentuk
mineral uranit maupun oksida komplek euksinit betafit. Uranit merupakan
bahan di mana komponen utamanya dengan prosentase lebih dari 80 % berupa
uranium, sedang euksinit betafit merupakan bahan dengan kandungan uraniumnya
cukup besar (lebih dari 20 %) tetapi uranium tersebut bukan merupakan komponen
utamanya.
Mineral uranium yang terdapat dalam batuan mudah dikenali karena sifat-sifat
fisiknya yang khas, antara lain :
-
Uranium beserta anak luruhnya bersifat radioaktif sehingga mampu memancarkan
radiasi pengion berupa sinar-a, -b dan -g. Oleh sebab itu keberadaannya
dapat dipantau dengan alat ukur radiasi. Sifat ini dapat membedakan uranium
dari batuan lainnya. Karena batuan lain tidak memancarkan radiasi, maka
batuan tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan alat ukur radiasi.
-
Oksida alam dari uranium mempunyai warna hijau kekuning-kuningan dan coklat
tua yang mencolok sehingga mudah dikenali.
-
Apabila disinari dengan cahaya ultra ungu, uranium akan mengeluarkan cahaya
fluoresensi yang sangat indah dan mudah dikenali.
Ada tiga jenis isotop uranium alam yang diperoleh dari hasil penambangan,
yaitu 235U dengan kadar 0,715 %, 238U dengan kadar 99,825 % dan 234U dengan
kadar yang sangat kecil. Dari ketiga isotop uranium tersebut, hanya 235U
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar fisi.
Daur Bahan Bakar Nuklir
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan bahan bakar uranium
dari mulai kegiatan penambangan sampai dengan proses pembakarannya di dalam
teras reaktor nuklir hingga ke pengelolaan limbah radioaktif yang ditimbulkannya.
Proses-proses pada masing-masing tahapan cukup komplek, rumit dan beberapa
di antaranya memerlukan teknologi tinggi. Daur bahan bakar nuklir mencakup
semua proses baik fisika maupun kimia yang dilalui oleh bahan galian nuklir
agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar di reaktor nuklir. Berikut
ini akan dibahas tahapan-tahapan proses dalam daur bahan bakar nuklir.
• Eksplorasi dan Penambangan Uranium
Eksplorasi bahan galian nuklir merupakan bagian awal dari daur bahan
bakar yang sekaligus dapat digunakan untuk menginventarisasi sumber daya
bahan galian nuklir. Kegiatan eksplorasi uranium pada umumnya dimulai dari
penentuan suatu lokasi dimana pada lokasi tersebut diharapkan dapat ditemukan
bahan galian nuklir. Metode eksplorasi yang dianut sampai sekarang adalah
melalui penelitian konvensional, penelitian geologi, pengukuran tingkat
radiasi dan geokimia. Metode tersebut digunakan karena cukup murah dengan
hasil yang cukup bagus.
Cara penambangan uranium sangat mirip dengan cara penambangan bijih-bijih
tambang lainnya, yaitu melalui penambangan terbuka dan penambangan bawah
tanah. Dari kegiatan penambangan ini diperoleh bongkahan-bongkahan berupa
batuan yang di dalamnya terdapat mineral-mineral uranium. Batuan tersebut
selanjutnya dikirim ke unit pengolahan untuk menjalani proses lebih lanjut.
• Pengolahan Uranium
Kadar uranium dalam bijih umumnya sangat rendah, yaitu berkisar antara
0,1 – 0,3 % atau 1-3 kg uranium tiap ton bijih. Untuk mempermudah dan menekan
biaya transportasi, maka uranium dalam bijih ini perlu diolah terlebih
dahulu. Tujuan utama dari pengolahan adalah untuk pemekatan dengan cara
mengurangi sebanyak mungkin bahan lain yang ada dalam bijih sehingga dapat
menyederhanakan proses transportasi ke tempat pemrosesan berikutnya.
Pengolahan bijih uranium dapat dilakukan dengan cara penggerusan, pelindihan
maupun ekstraksi kimia dan pengendapan. Hasil akhir dari proses pengolahan
uranium ini adalah diperolehnya endapan kering berwarna kuning yang disebut
pekatan (konsentrat) yang berkadar uranium sekitar 70 %. Karena berwarna
kuning maka endapan ini disebut juga yellowcake. Dari 1000 ton bijih rata-rata
dapat dihasilkan 1,5 ton yellowcake.
• Pemurnian Uranium
Proses pemurnian bertujuan untuk merubah yellowcake menjadi bahan dengan
tingkat kemurnian yang tinggi sehingga berderajad nuklir dan bebas dari
unsur-unsur pengotor lainnya. Senyawa kimia bahan bakar berderajad nuklir
yang dihasilkan dapat berbeda bergantung proses pemurnian yang digunakan.
Dari proses pemurnian akan diperoleh produk akhir berupa UO2, U3O8 atau
U-logam yang siap untuk proses selanjutnya. Ketiga macam produk akhir proses
pemurnian itu disesuaikan dengan kebutuhan calon pemakai bahan bakar nuklir.
• Pengayaan
Pengayaan dimaksudkan untuk meningkatkan kadar 235U dalam bahan bakar
nuklir hasil proses pemurnian. Perlu diketahui bahwa dalam uranium alam
hasil penambangan terdapat tiga jenis isotop uranium, yaitu 238U dengan
kadar 99,285 %, 235U dengan kadar 0,715 % dan 234U dengan kadar yang sangat
kecil. Dalam reaktor nuklir yang dapat berperan sebagai bahan bakar hanyalah
235U, sedang 238U dan 234U tidak dapat dijadikan bahan bakar karena tidak
dapat melakukan reaksi fisi. Dengan proses pengayaan maka kadar 235U menjadi
tinggi sehingga bahan bakar dapat dipakai dalam waktu lama. Proses pengayaan
ini akan meningkatkan kadar 235U dalam bahan bakar menjadi 2-4 % seperti
lazimnya dibutuhkan oleh suatu reaktor nuklir. Proses pengayaan tidak selalu
dilewati oleh bahan bakar, karena ada jenis reaktor nuklir yang dapat memanfaatkan
uranium alam.
• Pabrikasi
Proses pabrikasi bertujuan untuk menyiapkan bahan bakar nuklir dalam
bentuk fisik yang sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh reaktor nuklir
calon pemakai bahan bakar tersebut. Ada bermacam-macam bentuk bahan bakar
bergantung pada jenis rancang bangun reaktor. Perbedaan tersebut umumnya
terletak pada bentuk dan ukuran bahan bakar yang digunakannya. Dalam proses
pabrikasi, sebagian besarnya merupakan proses fisis mekanis ditambah sedikit
proses kimia.
Ada berbagai macam bentuk elemen bakar bergantung pada rancang bangun
yang dikaitkan dengan kinerja reaktor pemakainya. Misal ada jenis reaktor
yang memakai bahan bakar diperkaya dengan pengayaan 2-3 % berbentuk UO2
yang diproses menjadi pelet dengan diameter ± 10 mm. Pelet kemudian
dimasukkan ke dalam tabung kelongsong paduan zirkonium dengan panjang 4-5
m.
• Pembakaran dalam Reaktor
Di dalam teras reaktor, bahan bakar nuklir 235U dibakar untuk mendapatkan
panas yang dapat dimanfaatkan. Pembakaran merupakan satu-satunya proses
produktif dalam daur bahan bakar nuklir. Tempat dan lamanya 235U dibakar
di dalam teras diatur melalui program pengelolaan bahan bakar sehingga
dapat dicapai tingkat pembakaran yang optimum. Umumnya bahan bakar rata-rata
berada dalam teras reaktor selama 3-4 tahun.
Dalam proses pembakaran ini dikenal adanya istilah derajad bakar (burn-up)
yang dipakai untuk menyatakan jumlah bahan bakar yang terbakar/melakukan
reaksi fisi. Derajad bakar dapat dinyatakan dalam beberapa cara, yang paling
populer adalah dengan satuan MWd/tonU (jumlah energi yang telah dihasilkan
dalam Mega Watt-hari/MWd dari tiap ton uranium /tonU). Makin tinggi
derajad bakar, makin murah biaya pembangkitan energi nuklir, mengurangi
frekwensi penggantian bahan bakar, mengurangi biaya pabrikasi dan lebih
sedikit bahan bakar bekas sehingga menghemat biaya penyimpanan bahan bakar
bekas. Dewasa ini derajad bakar tertinggi yang dapat dicapai adalah 40.000-60.000
MWd/tonU untuk bahan bakar diperkaya, dan paling rendah adalah 10.000-15.000
MWd/tonU untuk bahan bakar uranium alam.
• Penyimpanan Sementara atau Pendinginan
Setelah bahan bakar nuklir 235U dimanfaatkan dalam reaktor nuklir dan
mencapai derajad bakar tertentu, elemen bakar nuklir akan menjadi sangat
radioaktif karena mengandung unsur-unsur radioaktif beraktivitas sangat
tinggi hasil proses fisi 235U. Oleh sebab itu, bahan bakar bekas tersebut
perlu disimpan sementara agar unsur-unsur hasil fisi yang radioaktif itu
melakukan peluruhan sehingga radiasi yang dipancarkannya menjadi rendah.
Penyimpanan sementara ini disebut juga sebagai proses pendinginan.
Laju peluruhan zat radioaktif bergantung pada jenis zat radioaktifnya.
Setiap zat radioaktif memiliki waktu paro (T1/2), yaitu waktu yang diperlukan
oleh zat radioaktif untuk meluruh sehingga jumlahnya tinggal setengah dari
jumlah semula. Waktu paro zat radioaktif bervariasi dari orde beberapa
detik hingga tahun.
Bahan bakar begitu dikeluarkan dari teras reaktor mengalami pendinginan
dalam kolam penampung bahan bakar bekas. Kolam ini umumnya terintegrasi
dalam gedung reaktor. Lama pendinginan bisa beberapa bulan hingga beberapa
tahun bergantung pada kapasitas tampung kolam pendingin. Ada dua proses
yang dapat dilakukan terhadap bahan bakar bekas setelah mengalami proses
pendinginan, yaitu :
-
Mengirimkan bahan bakar bekas tersebut ke instalasi pengolahan limbah nuklir
untuk menjalani proses lebih lanjut. Jika hal ini yang tempuh, maka daur
bahan bakarnya disebut sebagai daur terbuka.
-
Mengirimkan bahan bakar bekas ke instalasi olah ulang untuk pemrosesan
lebih lanjut. Jika hal ini yang ditempuh, maka daur bahan bakarnya disebut
daur tertutup.
• Proses Olah Ulang
Proses olah ulang bahan bakar bekas bertujuan untuk mengambil sisa
bahan bakar fisi yang belum terbakar dan bahan bakar baru yang terbentuk
selama proses pembakaran bahan bakar nuklir. Jadi dalam hal ini bahan bakar
bekas itu masih sangat berharga. Perlu diketahui bahwa proses pembakaran
235U di dalam teras reaktor tidak dapat membakar habis bahan bakar tersebut.
Dari 100 kg bahan bakar nuklir yang semula berkomposisi 3 kg 235U dan 97
kg 238U, setelah proses pembakaran dalam teras reaktor selama tiga tahun,
komposisinya akan berubah menjadi :
-
2 kg 235U terbakar/melakukan reaksi fisi sehingga tersisa 1 kg 235U.
-
2 kg 238U berubah menjadi 239Pu sehingga tersisa 238U sebanyak 95 kg.
-
Dari 2 kg 239Pu yang terbentuk, 1 kg terbakar langsung dalam teras reaktor
sehingga tersisa 1 kg 239Pu.
-
Karena ada 2 kg 235U dan 1 kg 239Pu yang terbakar, maka dari pembakaran
itu dihasilkan 3 kg unsur-unsur radioaktif hasil fisi.
Setelah dipakai sebagai bahan bakar di reaktor nuklir, sebagian besar 235U
masih tersisa di dalam bahan bakar bekas. Pada suatu saat nanti, 235U sebagai
satu-satunya bahan bakar nuklir yang ada di alam ini akan habis dikonsumsi.
Oleh sebab itu, proses olah ulang bahan bakar bekas dapat menghemat penggunaan
bahan bakar nuklir apabila dilakukan pada saat yang tepat. Sisa dari bahan
bakar 235U dan bahan bakar baru 239Pu yang terbentuk dalam bahan bakar
bekas dapat diambil kembali melalui proses olah ulang dan untuk selanjutnya
dapat dijadikan bahan bakar baru. Dalam proses olah ulang ini 235U yang
terambil dikirim ke instalasi pengayaan, sedang 239Pu langsung dikirim
ke instalasi pabrikasi.
• Penyimpanan Lestari
Limbah nuklir merupakan hasil samping dari kegiatan manusia dalam pemanfaatan
teknologi nuklir. Secara ilmiah, istilah limbah nuklir dikaitkan dengan
segenap bahan yang tidak dapat digunakan lagi (didaur ulang) yang karena
tingkat radioaktivitasnya bahan tersebut tidak mungkin dilepas atau dibuang
langsung ke lingkungan. Baik bahan bakar bekas yang tidak mengalami proses
olah ulang maupun unsur-unsur radioaktif sisa proses olah ulang akan diperlakukan
sebagai limbah radioaktif. Karena sifatnya yang mampu memancarkan radiasi
dan dapat berakibat buruk bagi kesehatan manusia, maka semua bentuk limbah
radioaktif tersebut harus dipadatkan dan dibuang secara lestari. Pembuangan
lestari suatu limbah radioaktif secara aman merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan limbah radioaktif.
Pemadatan limbah nuklir dimaksudkan agar limbah tersebut terikat dalam
suatu matrik padat yang sangat kuat. Matrik dirancang mampu bertahan hingga
zat radioaktif yang diikatnya meluruh mencapai kondisi dimana kemampuannya
memancarkan radiasi menjadi sangat lemah dan tidak membahayakan. Dengan
pemadatan ini maka zat radioaktif tidak akan terlepas ke lingkungan dalam
kondisi apapun selama disimpan. Proses pemadatannya bisa dilakukan dengan
semen (sementasi), aspal (bitumenisasi), polimer (polimerisasi) maupun
bahan gelas (vitrivikasi). Padatan limbah nuklir selanjutnya dimasukkan
ke dalam kontainer yang dibuat dari baja tahan karat.
Jenis-Jenis Daur Bahan Bakar Nuklir
Ada tiga macam daur bahan bakar nuklir yang selama ini diterapkan oleh
negara-negara yang telah memanfaatkan energi nuklir, yaitu :
-
Daur terbuka uranium alam. Daur ini dimulai dari eksplorasi, penambangan,
pengolahan, pemurnian langsung pabrikasi tanpa pengayaan terlebih dahulu.
Setelah pemakaian dalam teras reaktor, bahan bakar bekas mengalami penyimpanan
sementara, tanpa mengalami proses olah ulang langsung disimpan secara lestari.
-
Daur Terbuka Uranium diperkaya. Daur ini hampir sama dengan daur terbuka
uranium alam. Bedanya setelah pemurnian akan mengalami pengayaan terlebih
dahulu sebelum pabrikasi. Bahan bakar bekasnya juga langsung disimpan secara
lestari tanpa mengalami proses olah ulang. Apabila digunakan uranium alam,
ongkos bahan bakarnya cukup tinggi karena proses pabrikasi yang lebih sering,
dan jumlah bahan bakar bekas yang harus disimpan menjadi banyak. Proses
pengayaan diperlukan untuk menghindari beberapa keterbatasan bahan bakar
uranium alam. Dengan proses pengayaan akan diperoleh derajad bakar yang
lebih tinggi.
-
Daur tertutup uranium diperkaya. Daur ini hampir sama dengan daur terbuka
uranium diperkaya. Bedanya dalam daur tertutup ini bahan bakar bekas pakai
dari reaktor setelah proses penyimpanan sementara akan mengalami proses
olah ulang. Proses ini dimaksudkan untuk mengambil kembali sisa bahan bakar
yang belum terbakar dan bahan bakar baru yang terbentuk.
Tahapan-tahapan proses dari eksplorasi, penambangan, pengolahan, pemurnian,
pengayaan dan pabrikasi merupakan proses yang dilakukan sebelum bahan bakar
nuklir dipakai di reaktor. Proses-proses tersebut dikenal sebagai kegiatan
ujung depan. Sedang proses-proses penanganan bahan bakar nuklir bekas pakai
disebut kegiatan ujung belakang. Kegiatan ini meliputi penyimpanan sementara,
proses olah ulang dan penyimpanan lestasi limbah radioaktif.
Ada dua kelompok komunitas nuklir yang berbeda cara pandangnya dalam
menangani ujung belakang daur bahan bakar nuklir. Kelompok negara-negara
seperti Cina, Perancis, Jerman, Jepang, Inggris dan Rusia bertekad untuk
melakukan olah ulang bahan bakar bekas dari penggunaan reaktor yang dimilikinya.
Kelompok negara-negara ini di samping melihat segi ekonomi sebagai faktor
utama untuk melakukan olah ulang bahan bakar bekasnya, mereka juga beranggapan
bahwa pemisahan limbah radioaktif beraktivitas tinggi dari bahan bakar
bekas mempunyai keunggulan dalam penyimpanan lestari limbah radioaktif.
Kelompok negara lain seperti Kanada, Spanyol, Swedia dan Amerika Serikat
menempuh jalur lain dalam penanganan ujung belakang daur bahan bakar nuklir.
Negara-negara ini menempuh jalan berupa penyimpanan jangka panjang bahan
bakar bekasnya sebagai suatu langkah yang perlu dilakukan sebelum penyimpanan
lestari limbah radioaktif yang dimilikinya. Hal ini ditempuh karena mereka
beranggapan bahwa pada suatu saat nanti akan dapat dilakukan pemanfaatan
kembali 235U dan 239Pu yang terdapat di dalam bahan bakar bekas.
Daftar Pustaka
-
CHANTOIN, PM and FINUCANE, J, Plutonium as an Energy Source : Quantifying
the Commercial Picture, IAEA Bulletin, Vol. 35(3), IAEA, Vienna, Austria
(1993) pp. 38-43.
-
GLASSTONE, S and JORDAN, WH, Nuclear Power and Its Environment Effects,
American Nuclear Society, Illinois (1981).
-
KAPLAN, I, Nuclear Physics (2nd edition), Addison-Wesley Publishing Company,
London (1979).
-
KNIEF, RA, Nuclear Energy Technology, Hemisphere Publishing Corporation,
Washington (1981)
-
SEMENOV, BA. and OI, N, Nuclear Fuel Cycle : Adjusting to New Realities,
IAEA Bulletin, Vol. 35(3), IAEA, Vienna, Austria (1993) pp. 2-7.
-
SURIPTO, A, Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Berbagai Aspek
di Sekitarnya (dalam Ekonomi dan Pendanaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir),
Proceeding BATAN-IAEA Workshop on Economic and Financing of Nuclear Power
Plant, BATAN, Jakarta (1994) hal. 2.1 – 2.25.
-
TAKATS, F and GRIGORIEV, IG., Management of Spent Fuel From Power and Research
Reactor, IAEA Bulletin, Vol. 35(3), IAEA, Vienna, Austria (1993)
pp. 18-22.
-
TAYLOR, JR. and ZAFIRATOS, CD., Modern Physics For Scientist and
Engineers, Prentice Hall, Engelwood Cliffs, New Yersey 07632 (1991).
q
Mukhlis Akhadi Ahli Peneliti Muda di Badan Tenaga Nuklir Nasional,
Jakarta |