ENERGI |
ELEKTRO INDONESIA
Nomor 1, Tahun I, Juli 1994
|
|
[ Nomor 2 ] [ Nomor 3 ] [ Nomor 4 ] [ Nomor 5 ] [ Nomor 6 ] [ Nomor 7 ] [ Nomor 8 ] |
Manfaat
Lampu Hemat Energi & Ballas Elektronik Latar Belakang
|
|
Diharapkan dalam pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang II yang baru
mulai dilaksanakan pada Tahun Anggaran 1994/1995, sistem penerangan listrik
sudah dapat menjangkau pada daerah-daerah pelosok di tanah air yang pada
akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup yang memadai sesuai yang dicita-citakan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kenyataan yang dihadapi saat ini, masyarakat masih banyak yang belum mengenal atau belum memahami apa yang dimaksud dengan Lampu Hemat Energi (LHE) dan Ballas Elektronik (BE). Masyarakat cenderung memilih lampu yang murah dan mudah sisapat di pasaran, namun kenyataannya tidak hemat energi, yaitu lampu jenis pijar (Incandescent). Dengan bertitik tolak hal tersebut diatas, penulis mencoba membahas dan menganalisa untuk kemudian dapat memperoleh kesimpulan yang baik dengan harapan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Sejarah PerlampuanSejarah perkembangan perlampuan bermula pada puluhan abad yang lalu dari suatu penemuan manusaia yang membutuhkan penerangan (cahaya buatan) untuk malam hari dengan cara menggosok-gosokan batu hingga mengeluarkan api/cahaya, kemudian dari api dikembangkan dengan membakar benda-benda yang mudah menyalan hingga membentuk sekumpulan cahaya dan seterusnya samapi ditemukan bahan bakar minyak dan gas yang dapat digunakan sebagai bahan penyalaan untuk lampu obor, lampu minyak maupun lampu gas. Teknologi berkembang terus dengan ditemukannya lampu listrik oleh Thomas Alpha Edison pada tanggal 21 Oktober 1879 di laboratorium Edison-Menlo Park, Amerika. Prinsip kerja dari lampu listrik tersebut adalh dengan cara menghubung singkat listrik pada filamen carbon ( C ) sehingga terjadi arus hubung singkat yang mengakibatkan timbulnya panas. Panas yang terjadi dibuat hingga suhu tertentu sampai mengeluarkan cahaya, dan cahaya yang didapat pada waktu itu baru mencapai 3 Lumen/W (Lumen = satuan arus cahaya).Baru lima puluh tahun kemduian, tepatnya Th 1933 filamen carbon diganti dengan filamen tungsten atau Wolfram (=wo) yang dibuat membentuk lilitan kumparan sehingga dapat meningkatkan Eficacy lampu menjadi + 20 Lumen/W. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini disebut sistem pemijaran (Incondescence). Revolosi teknologi perlampuan berkembang dengan pesatnya. Pada tahun 1910 pertama kali digunakan lampu luah (discharge) tegangan tinggi. Prinsip kerja lampu ini menggunakan sistem emisi-elektron yang bergerak dari Katoda menuju Anoda pada tabung lampu akan menumbuk 'atom-atom media gas yang ada di dalam tabung tersebut, akibat tumbukan akan menjadi pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini disebut Luminescence (berpendarnya energi cahaya keluar tabung). Media gas yang digunakan dapat berbagai macam. Tahun 1932 ditemukan lampu luah dengan gas Sodium tekanan rendah, dan tahun 1935 dikembangkan lampu luah dengan gas Merkuri, dan kemudian tahun 1939 berhasil dikembangkan lampu Fluorescen, yang biasa dikenal dengan lampu neon. Selanjutnya lampu Xenon tahun 1959. Khusus lampu sorot dengan warna yang lebih baik telah dikembangkan gas Metalhalide (Halogen yang dicampur dengan Iodine) pada tahun 1964, sampai pada akhirnya lampu Sodium tekanan tinggi tahun 1965. Prinsip emisi elektron ini yang dapat meningkatkan efficacy lampu diatas 50 Lumen/W, jauh lebih tinggi dibanding dengan prinsip pemijaran. Hal ini jelas karena rugi energi listrik yang diubah menjadi energi cahaya melalui proses emisi elektron dapat dihemat banyak sekali dibanding dengan cara pemijaran dimana energi listrik yang diubah menjadi energi cahaya banyak yang hilang terbuang menjadi energi panas (sebelum menjadi energi cahaya). Distribusi energi yang diubah menjadi energi cahaya. Pada era yang terakhir telah dikembangkan lampu pijar dengan sistem induksi magnit yangmempunyai umur paling lama dari lampu-lampu jenis lain + 60.000 jam. Namun hal ini masih dalam tahap penelitian. Dan penelitian & pengembangan (R & D) guna mendapat nilai ekonomi yang lebih baik (benefit/cost rtio). Untuk sistem penerangan dekade 90-an yang banyak digunakan oleh masyarakat umum saat ini adalah jenis lampu frluorescen kompak model SL atau PL dan ini yang dikenal lampu hemat energi (LHE). Lampu Hemat Energi (LHE) & Ballas Elektronik (BE)Lampu Hemat Energi (LHE)
Renderasi warna (Colour rendering) dapat dipilih berbagai masam sesuai yang diinginkan oleh konsumen, Bila diinginkan warna cahaya seperti lampu pijar maka dapat dipilih dengan indeks renderasi warna yang tinggi, karena warna pada lampu pijar adalah warna standar / acuanyang mendekati warna cahaya dengan spektrum yang lengkap seperti pada sinar matahari. Selain itu bila diinginkan warna cahaya lain seperti warna white, cool white, day ligh, dll, maka hal ini lebih dimungkinkan didapat pada lempu fluorescen dibandingkan dengan lampu pijar yang hanya mempunyai satu jenis redensi warna. Umur lampu fluorescen adalah 8000 jam, lebih lama bila dibandingkan dengan umur lampu pijar yang hanya 1000 jam.
Hasil Penelitian PLNPLN telah melakukan penelitian terhadap LHE & BE pada pelanggan rumah tangga dan kantor di Jakarta pada tahun 1993 yang lalu. Penelitian dilakukan melalui survei akseptansi, survei respon dan pengukuran beban, dengan data yang didapat sebagai berikut :Karakteristik Konsumen
Utility cost test : adalah uji untuk membandingkan antara investasi yang ditanggung PLN dalam melaksanakan DSM dengan investasi baru guna mencukupi pertumbuhan konsumen baru. Uji ini dianggap baik/berhasil bila biaya yang ditanggung PLN dalam melaksanakan DSM lebih kecil daripada investasi baru. Rate payer Impact Measure (RIM) test : adalah uji untuk mengetahui efektifitas biaya yang dikeluarkan partisipan dalam mengikuti DSM.
*Rate Schedule : Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku saat ini untuk golongan tarif R1, R2 & R3. Golongan R1 & R2 dengan sistem block rate, pemakaian sampai dengan 60 jam nyala/bulan adalah Rp 74,-/KWH dan lebihnya Rp 99,5/KWH. Sedangkan bea beban untuk R1 : Rp 3.260/KVA dan untuk R2 : Rp 3.660/KVA. Tarif listrik pemakaian untuk R3 : Rp 212,50/KWH dan bea beban Rp 7.560/KVA. Seluruh nilai rupiah dikonversikan dengan nilai dollar Amerika (1 USD = Rp 2.100) *Technology characteristic. Hasil survei menunjukkan pemakaian lampu penerangan adalah 9 jam/hari dengan beban puncak selama 4 jam. Penggunaan lampu dapat digolongkan : R1 : 4 buah @ lampu pijar 25 W diganti LHE 9 W
*Market segment profile adalah profil tentang pelanggan yaitu jumlah pelanggan yang ada maupun yang baru tingkat pertumbuhan, berkurangnya pelanggan untuk masing-masing pelanggan baru. Dalam hal ini diambil segmen pasar pada daerah Jawa-Bali pada tahun 1993/1994 sebagai berikut : R1 : 8.380.000
Demolition rate atau tingkat pertumbuhan segmen/tahun diambil 1% dan discount rate 12%. *Market acceptance Digunakan untuk memperkirakan adopsi pasar terhadap penggunaan LHE, dimana metode yang digunakan untuk studi ini dengan cara pa back acceptance, yang umum dipakai, dan untuk difusi pasar digunakan Direct Entry. *Utility characteristic. Data yang dibutuhkan untuk menjelaskan sistem pembangkitan, maginal cost external cost & proyeksi KWH sales, semua ini didasarkan pada perhitungan PLN. Dengan memasukkan data yang didapat seluruhnya maka tolok ukur keberhasilan DSM dapat dinyatakan dengan nilai benefit/cost Ratio (B/C Ratio)_1. Untuk mencapai B/C_1 maka diberikan nilai variabel yang dalam hal ini berupa Insentif kepada pelanggan. Saran
Daftar Pustaka
Artikel lain: © 1996-1998 ELEKTRO Online . All Rights Reserved. |
||