Teknologi baterai berkembang sangat cepat. Lithium ion yang saat ini menjadi baterai favorit namun harganya relatif mahal, kemungkinan kelak bisa diproduksi dengan harga yang lebih murah.
Mahalnya baterai jenis itu tidak lepas dari digunakannya material yang digunakan untuk mengikat elektroda ke permukaan bahan logam yang digunakan secara tegak lurus. Tetapi satu tim riset di University of Maryland, Amerika Serikat, berhasil membuat sebuah baterai ''yang terinfeksi''.
''Terinfeksi'' barangkali merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan baterai tersebut. Pasalnya baterai yang dikembangkan tim tersebut menggunakan virus yang seringkali merusak tembakau atau dikenal dengan tobacco mosaic virus.
Virus yang direkayasa secara genetik tersebut digunakan sebagai pengganti material yang berfungsi untuk mengikat elektroda dengan permukaan logam baterai dalam pola tertentu. Dengan virus ini, pola yang dihasilkan kemudian dilapisi dengan material film tipis yang bersifat penghantar, seperti nikel.
Menurut tim tersebut, metode yang mereka gunakan 100% aman. Virus baru hasil rekayasa genetika tersebut berubah menjadi tidak berbahaya ketika dihubungkan dengan pelat elektroda. Hasilnya, jumlah material aktif yang bertugas mengumpulkan ion-ion lithium juga meningkat secara efektif, yang berarti meningkatnya kemampuan menyimpan energi, sekitar 10 kali lipat. |