Jika suatu negara menjadi produsen susu sapi untuk memenuhi tingkat konsumsi nasionalnya yang tinggi, maka selain peningkatan gizi sebagai hal positifnya, negara tersebut juga menjadi kontributor emisi gas rumah kaca. Pasalnya, kotoran sapi yang ada di semua peternakan berpotensi melepas gas metan ke atmosfir setelah mengalami penguraian oleh bakteri.
Barangkali Cina yang akan menjadi negara pertama kali di dunia yang memanfaatkan kotoran sapi menjadi listrik dalam skala besar. Kemungkinan apa yang dilakukan oleh Huishan Dairy sebagai salah satu produsen susu besar di negara tersebut bisa menjadi contoh bagi industri susu, khususnya di Cina dan negara-negara lain.
Sebagai salah satu produsen susu sapi besar, Huishan Dairy mengimpor sekurangnya 3.000 ekor sapi dari Australia untuk menjamin ketersediaan produksi susunya. Sekurangnya 250.000 ekor sapi dimiliki perusahaan itu dan menjadi potensi menjanjikan untuk menghasilkan energi listrik sekaligus menekan emisi gas rumah kaca, tetapi untuk pembangkit ini Huishan Dairy hanya memerlukan 60.000 ekor sapi.
Rencananya Huishan Dairy akan membangun pembangkit listrik dengan mesin GE Jenbacher 420 yang memanfaatkan gas metan hasil dari kotoran sapi. Tidak ada yang istimewa dari proses produksi gas metan tersebut, karena metodanya juga masih menggunakan bakteri anaerobik untuk mengurai kotoran sekaligus menghasilkan metan dalam sebuah digester tertutup, kecuali listrik yang dihasilkannya akan sebesar 5,6 MegaWatt. Kurang lebih 3.500 rumah di sekitarnya akan menerima listrik yang menghabiskan 20 juta m3 biogas pertahunnya. |